Lembar Dakwah LABBAIK

Friday, January 25, 2008

MEMAKMURKAN MASJID



"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada apa pun kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS. At Taubah:18)

Tersebutlah di suatu kampung tak memiliki keranda untuk menandu orang yang meninggal. Setiap ada orang yang meninggal, hanya menggunakan kain sarung dengan dua bilah bambu yang dimasukkan ke dalamnya untuk memudahkan menandunya. Sangat berabe dan tidak praktis.

Atas inisiatif sesepuh kampung, mereka bermusyawarah untuk membuat keranda yang terbuat dari besi. Warga kampung pun menyepakatinya. Dikumpulkannya sumbangan berupa uang. Mulai dari yang ratusan rupiah, ribuan, bahkan puluhan ribu rupiah.

Singkat cerita, selesailah keranda tersebut. Secara bergurau, sesepuh kampung menawarkan kepada warganya, "Silahkan! Siapakah yang hendak pertama kali memakai keranda ini?" Tak ada seorang warga pun yang ingin menggunakannnya. Malahan mereka berkata, "Amit-amit, aku belum ingin menggunakannya. Aku ingin panjang umur. Biarlah orang lain terlebih dahulu yang menggunakannya." Apabila kita jujur mengamati dan menyadari, masjid di sekitar kita banyak yang senasib dengan keranda. (Masjid Bukan Hanya Bangunan Fisik; oleh Ade Sudaryat).

Saat ini mungkin seorang muslim tidak akan kesulitan untuk mencari sebuah masjid. Banyak masjid yang telah berdiri di berbagai tempat, baik besar maupun kecil, di kota maupun di desa, megah maupun sederhana, semuanya menandakan bahwa umat Islam begitu peduli terhadap pendirian rumah Allah. Tentunya ini merupakan hal yang menggembirakan bagi umat Islam, karena banyak tersedia masjid yang akhirnya memudahkan umat Islam untuk beribadah kepada Allah swt. dan lebih mendekatkan diri pada-Nya. Memakmurkan masjid Allah dalam realitas masyarakat sekarang ini kadang diterjemahkan dengan semakin memperbanyak pembangunan masjid. Tidak sedikit pribadi berlomba-lomba menyisihkan sebagian hartanya untuk berkontribusi dalam pembangunan sebuah masjid. Akan tetapi, semangat untuk mendirikan masjid di kalangan masyarakat ternyata tidak seimbang dengan semangat mereka untuk memakmurkan masjid yaitu dengan menghidupkannya melalui syiar Islam dan kegiatan-kegiatan keIslaman, atau setidaknya memenuhi masjid dengan shalat fardhu berjamaah. Kurangnya kepedulian umat Islam terhadap pemakmuran masjid, menjadikannya seperti bangunan kosong yang tak berpenghuni.

Memakmurkan masjid memiliki arti yang sangat luas, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan yang bernilai ibadah. Di antara kegiatan yang tergolong memakmurkan masjid adalah Pengelolaan Masjid, Majelis Taklim, Taman Pendidikan Alquran, Remaja Masjid, Perpustakaan, Koperasi, Poliklinik, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), Konsultasi, Asy Syifa, Bantuan Hukum, Bursa Tenaga Kerja, Sekolah, Bank Syariah, BMT, BPRS, Kantor Pos, Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Rumah Sakit, Toko Buku, Pusat Informasi, Wartel, dan sebagainya.

Selanjutnya tingkat kemakmuran masjid sangat dipengaruhi oleh kepengurusan masjid yang profesional dan dukungan dari masyarakat sekitarnya. Tanpa takmir yang amanah dan taqwa dan dukungan dari masyarakat, baik tenaga (partisipasi), pikiran maupun harta, masjid akan menjadi sepi dari berbagai kegiatan ibadah dan syiar Islam. Masjid seringkali menjadi simbol kebesaran Islam, namun tampak kecil karena kurangnya kepedulian dari umat Islam itu sendiri. Dan hanya orang-orang pilihan yang mempunyai keteguhan, kekuatan dan kekokohan imanlah yang Allah pilih untuk mengelola rumah-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At Taubah: 18 di atas.

Tidak terasa, kita hampir memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan yang senantiasa dirindukan oleh setiap mukmin. Bulan di mana umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan (beribadah dan beramal sholih), berusaha sebaik mungkin dalam meningkatkan kualitas diri untuk mencari perhatian dari Allah swt, karena perhatian dari-Nya adalah segalanya. Sebaik-baik kasih sayang adalah yang berasal dari Sang Maha Penyayang. Berusaha agar dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang yang bertaqwa (muttaqin) dan pada akhirnya dapat mencicipi nikmatnya jannah (surga).

Ramadhan adalah bulan yang suci, yang perlu kita sambut dengan jiwa yang suci pula. Sehingga ketika memasuki bulan Ramadhan, kita dapat bersimpuh di hadapan Yang Maha Suci dengan jiwa yang suci, jiwa yang merindukan rahmat dan maghfirah-Nya.

Berbicara tentang Ramadhan, ada sebuah fenomena yang sangat menakjubkan di mana setiap muslim berbondong-bondang beramal dan memakmurkan masjid. Semaraknya masjid bukan saja pada waktu buka puasa bersama ataupun shalat tarawih, namun juga banyak kegiatan mengkaji ilmu Allah dan Ibadah lainnya. Suasana sejuk dan menentramkan ini, sangat disayangkan hampir tidak banyak dijumpai di luar bulan suci Ramadhan, bahkan selepas Syawal masjid terasa gersang serta sepi dari aktifitas ubudiyah. Hanya sedikit dari kaum muslimin yang berupaya untuk tetap memakmurkan masjid dan menjadikannya pusat syi'ar Islam.

Masjid merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas ibadah kita kepada Allah swt. terutama di bulan Ramadhan yang sebentar lagi akan menghampiri kita. Memperbanyak beribadah di masjid dan senantiasa menempati shaf pada saat shalat fardhu akan melambungkan pahala dan derajat seorang muslim di hadapan Allah swt. Bahkan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah saw. menganjurkan umatnya untuk berdiam diri di masjid. Memperbanyak berdzikir dan beribadah kepada Allah serta berlomba-lomba dalam berusaha meraih malam Lailatul Qadr.

Namun demikian, pada bulan Ramadhan pula kita dapat menjumpai seberapa besar ketegaran seorang muslim untuk tetap istiqomah dalam ibadah dan ikut serta menghidupkan masjid. Karena banyak masjid yang pada malam pertama jama’ah shalat tarawih sangat banyak, bahkan tak tertampung sampai ke halaman masjid. Tetapi, dari hari ke hari menuju penghujung bulan Ramadhan jumlah jama’ah semakin menyusut tipis, bahkan hanya beberapa gelintir muslim saja yang sanggup bertahan. Demikian juga dengan jama’ah kajiannya. Pada hari pertama, biasanya banyak jama’ah yang semangat untuk mengikuti kajian di masjid dengan niatan untuk menuntut ilmu agama dan menjadikan bulan suci Ramadhan sebagai madrasah perbaikan diri menjadi seorang muslim yang lebih baik. Akan tetapi, seperti halnya jama’ah shalat tarawih, jama’ah kajianpun semakin hari semakin menyusut. Padahal salah satu dari penghuni surga Allah adalah pemuda yang hatinya senantiasa merindukan masjid, tetapi sungguh jarang pada zaman sekarang menemukan pemuda yang hatinya terpaut pada masjid. Memang sungguh sangat menyedihkan nasib masjid pada saat ini.

Allah memberikan beberapa syarat sifat kepada mereka yang memakmurkan masjid (aktifis masjid) dengan sesungguhnya, hanya orang dengan 4 sifat inilah yang dalam pandangan Allah dikatakan sebagai orang yang memakmurkan masjid serta mendapatkan karunia-Nya berupa digolongkan ke dalam golongan orang yang mendapatkan petunjuk:

Beriman kepada Allah dan Hari Akhir
Orang yang diberikan hak Allah memakmurkan masjid adalah mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Keimanan kepada Allah dan hari akhir ini merupakan bukti yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah yang lain seperti binatang. Binatang hanya mengenal apa-apa yang sifatnya lahiriyah dan keduniawian saja, dan tidak pernah melihat sisi ruhani. Oleh karena itu sangat wajar kalau ada binatang yang saling berhubungan dengan yang lainnya tanpa mengindahkan norma karena demikianlah Allah menciptakan mereka. Akan tetapi kalau ada manusia yang perilakunya seperti binatang, maka derajatnya sama dengan binatang bahkan lebih rendah lagi, seperti difirmankan Allah:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A'raf: 179)

Antara keimanan kepada Allah dengan keimanan kepada hari akhir sering diredaksikan al-Qur'an secara berurutan karena keimanan kepada kedua hal ini, bisa menjadi pembeda antara orang-orang yang beriman dengan mereka yang keimanannya hanyalah dusta. Orang yang beriman tidak akan menghalalkan segala cara dalam berusaha dengan sebuah keyakinan Allah SWT Maha Mengetahui dan Dia akan memberikan balasan atas seluruh perbuatan manusia pada hari akhir kelak.

Ketika seorang yang keimanannya benar memiliki harapan duniawi, dia akan senantiasa berupaya mencapainya dengan cara yang halal, di samping itu menghubungkannya dengan akhirat, apakah dunia yang dicarinya itu bisa menjadi sarana menggapai kebahagiaan akhirat ataukah tidak? Seperti dikisahkan shahabat mulia Abdurahman bin Auf yang pernah mendengar Rasulullah bersabda dirinya akan masuk sorga dengan merangkak karena hartanya, maka seketika Abdurahman bin Auf menginfakkan seluruh hasil perniagaannya berupa 10.000 ekor unta berikut muatannya. Ini menjadi cerminan seorang mukmin menggunakan dunia yang diraihnya untuk mencari kebahagiaan akhiratnya.

Mendirikan Sholat
Sifat kedua yang harus dimiliki oleh orang yang berhak memakmurkan masjid adalah orang yang bisa tetap mendirikan shalat. Shalat akan menjaga setiap mukmin dari perbuatan keji dan mungkar serta senantiasan menjaga kekuatan hubungan dengan Allah. Firman Allah:
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah.“ (QS. al-Maidah: 55)

Jangan sampai terjadi pengelola masjid sangat jarang shalat di masjid dan hanya datang ke masjid dalam peringatan hari besar Islam saja sebelum akhirnya menghilang lagi selesai acara. Orang seperti ini tidak layak menjadi pengelola masjid karena ia bukan aktifis masjid. Dalam memilih orang menjadi pengurus masjid juga diupayakan untuk tidak menghalalkan segala cara.
Kadang ada sebagian orang yang menunjuk seseorang untuk menjadi pengelola/pengurus masjid bukan karena keaktifannya untuk memakmurkan masjid dengan amal ibadah, akan tetapi dipilih karena dia orang berpangkat atau kedudukannya yang terpandang di masyarakat. Keadaan seperti ini dikatakan menghalalkan segala cara dalam memilih pengurus masjid dan jelas menyalahi aturan Allah SWT yang menyaratkan mereka yang menegakkan sholatlah yang berhak memakmurkan masjid.

Menunaikan Zakat
Sifat yang harus dimiliki oleh orang yang memakmurkan masjid adalah memperhatikan masalah zakat. Ini sangat penting, karena menyangkut upaya untuk senantiasa membersihkan diri dari berbagai kotoran hati, dengan zakat menjadi wujud kesadaran bahwa apapun yang ada pada diri manusia merupakan amanah (titipan) Allah sehingga terjauh dari sifat bakhil dan tidak terpuji, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah: 103)

Tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah
Seorang aktifis masjid adalah mereka yang penuh ‘Izzah (harga diri) karena ia hanya memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Pribadi yang memiliki ‘Izzah di hadapan Allah akan dipenuhi kemuliaan karena senantiasa berupaya menerapkan aturan-aturan-Nya serta meninggalkan segala sesuatu yang dilarang-Nya. Hal ini sekaligus menjadi gambaran, seorang aktifis masjid tidak akan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya terlebih ketika hal itu sesuatu yang dilarang Allah serta berusaha ridha terhadap apapun ketetapan Allah, seperti difirmankan Allah:
“Maka janganlah kamu takut kepada mereka (orang-orang dzalim) dan takutlah kepada-Ku. Dan agar Ku sempurnakan Nikmat-Ku atas-Mu, dan supaya kamu mendapatkan petunjuk.” (QS. al-Baqarah: 150)

Masjid merupakan baitullah (rumah Allah) yang harus senantiasa dijaga kesuciaannya, kehormatan, dan menjadi pusat pembinaan serta aktifitas kaum muslimin di dunia. Dengan orang-orang yang diberikan hak Allah untuk memakmurkan sajalah masjid akan mencetak pribadi dan masyarakat yang sholeh dan tunduk kepada Allah. Insya Allah ketika jiwa-jiwa kaum muslimin telah terikat kepada masjid, nuansa sejuk bulan penuh rahmat Ramadhan akan senantiasa kita rasakan. Dan Rasulullah SAW beserta generasi terbaik umat manusia (para shahabat) telah menunjukkan kerja keras membangun peradaban Islam dengan masjid sebagai pusatnya. Generasi yang muncul adalah para shahabat dengan hati penuh keimanan dan ketaqwaan yang membawa kedamaian, bahkan Allah-pun tak segan memberikan kemuliaan dan kejayaan kepada mereka dunia dan akhirat-Nya.

Wallahu a’lam bishshawab. [UM]

Tambahan:
"Akan terdapat enam keanehan di akhir zaman. (1) masjid berada di tengah-tengah pemukiman penduduk, sementara penduduknya sudah enggan melaksanakan salat di dalamnya, (2) setiap rumah/orang memiliki Alquran, tapi jarang membacanya, (3) orang-orang fasik berlomba-lomba menghafal Alquran, (4) wanita salehah bersuami ahli maksiat, (5) laki-laki saleh beristri ahli maksiat, (6) ulama berada di tengah-tengah kaumnya yang sudah enggan lagi mendengarkan fatwa atau nasihatnya" (Ibnu Hajar Al'asqolany, Nashoihul 'ibad: 42).

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home