Lembar Dakwah LABBAIK

Saturday, January 19, 2008

URGENSI ILMU

URGENSI ILMU DALAM ISLAM DAN KAITANNYA DALAM MENYONGSONG KEBANGKITAN UMAT


Setiap dari kita sudah mengetahui betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam menapaki arena kehidupan. Semua aktifitas yang kita lakukan tentunya mensyaratkan ilmu sebelum kita benar-benar melakukannya. Jika tidak, akan dapat dipastikan bahwa perbuatan yang kita lakukan tersebut hasilnya tidak akan optimal, bahkan dapat menjadi perbuatan yang kontraproduktif terhadap maksud yang kita ingin capai. Ambil saja satu contoh sederhana, dalam melakukan suatu perjalanan. Tentunya sebelum kita melakukan perjalanan, kita diharuskan mengetahui dahulu tempat yang akan kita tuju, kemudian alamat lengkapnya, dan dengan cara apa agar kita dapat sampai di tempat tersebut. Tidak bisa apabila kita ingin pergi ke suatu tempat tapi kita tidak tahu tempat itu lokasinya dimana, dan dengan cara apa kita untuk sampai di sana. Oleh karena itu sebelum benar-benar melakukan perbuatan bepergian itu kita butuh bekal ilmu dan pengetahuan. Jika tidak, maka jangankan sampai di tempat tujuan, kemungkinan justru kita akan tersesat di tengah perjalanan. Betapa pentingnya ilmu dan pengetahuan bagi seorang manusia dalam merealisasikan hajat hidupnya, dan tanpa ilmu maupun pengetahuan itu, ia bukan hanya tak akan pernah sampai pada maksud dan tujuan-tujuan yang diinginkan, tetapi dapat pula ia tersesat dalam rimba kehidupan.

Dalam hidup dan kehidupan yang kita jalani, satu hal utama yang kita perlukan adalah ilmu agar kita dapat selamat dari godaan-godaan dunia yang melenakan. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an tidak ada satu permohonan meminta tambahan yang Alloh perintahkan kepada nabi-Nya kecuali permintaan untuk menambahkan ilmu. Dalam Al-Qur’an surat Thaha ayat 114 Alloh berfirman;
"Dan katakanlah, ‘Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu".

Hal ini menjadi indikasi betapa Islam itu sangat memprioritaskan ilmu bagi setiap pemeluknya sebagai bekal dan prasyarat sebelum melakukan segala sesuatu dan meraih segala keinginan. Begitu pentingnya ilmu dalam Islam hingga ia di hukumi wajib dalam mencarinya, sebagaimana sabda nabi dalam sebuah hadits; "Menuntut ilmu itu wajib bagi seorang muslim" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Bukan hanya itu, menuntut ilmu dalam Islam juga memiliki keutamaan yang akan mengantarkan seorang hamba dimudahkan jalannya menuju syurga. Sebuah hadits yang sarat dengan nuansa motivasi pernah disabdakan oleh rasulullah kepada kita selaku umatnya; "Barangsiapa menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mencela orang-orang bodoh yang tak berpengetahuan dan tak pernah merasa perlu untuk menuntut ilmu, diantaranya adalah;
"Sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang bodoh" (QS. Al-An’aam: 35)
"Aku berlindung kepada Alloh agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh" (QS. Al-Baqarah: 67)

Di samping agama ini sangat mencela orang-orang yang bodoh, diperintahkan juga kepada kita untuk tidak berteman karib dengan orang-orang yang bodoh, karena memang bersahabat dengan mereka dapat memungkinkan kita juga untuk sama bodohnya seperti mereka, sebagaimana rasul menyuruh kita berteman dengan penjual minyak wangi yang dapat menyipratkan wanginya ke tubuh kita, dan memperingatkan kita untuk menjauhi seorang pandai besi yang dikhawatirkan apinya membakar dan mengotori pakaian kita (HR. Muslim). Mengenai hal ini Aloh sudah mensinyalemen dalam ayat-Nya;
"Dan berpalinglah kamu daripada orang-orang yang bodoh" (QS. Al-A’raaf: 199)

Ayat maupun hadits nabi yang senada masih sangat banyak. Kesemuanya merupakan motifasi bagi kita untuk selalu berupaya menjadi orang yang berilmu, dan memperingati kita untuk tidak menjadi orang yang bodoh. Maka, demi membaca dan mempelajari ajaran Islam tentang perintah untuk menjadi orang yang berilmu, seharusnya tidak ada ceritanya seorang muslim itu memiliki daya intelegensi yang rendah. Karena agama ini telah begitu sempurna mengajarkan kita akan nilai-nilai kebaikan dan memotivasi kita untuk meraih keutamaan. Sebaliknya, agama ini juga sangat mencela pemeluknya yang hanya puas dengan daya intelegensi yang biasa-biasa saja, terlebih yang IQ-nya "jongkok".

Pembagian ilmu
Secara umum, ilmu dapat dibagi ke dalam dua kategori berdasarkan karakteristiknya, yaitu ilmu agama dan ilmu dunia. Berikut akan diuraikan masing-masingnya terutama dari perspektif kebangkitan umat.

1. Ilmu agama
Satu hal yang menjadi keprihatinan kita bersama pada saat ini adalah jauhnya umat Islam dari agamanya. Semakin banyak dari mereka yang merasa tidak perlu untuk mempelajari ilmu agama. Sekalipun terfikir untuk belajar ilmu agama dan sekaligus mengamalkannya, bayangan mereka hal itu akan dilakukan ketika mereka nanti menginjak usia tua, setelah pensiun dari tempat kerja serta saat anak-anak sudah dewasa. Bila saat-saat itu tiba, baru mereka mau serius untuk mempelajari agama. Padahal jika mereka mau sedikit saja merenungi, tidak ada yang mampu menjamin apakah usia hidup mereka di dunia akan sampai hingga usia senja. Jangan-jangan, sebelum sampai tua mereka sudah harus dijemput malaikat pencabut nyawa. Oleh karena itu, belajar ilmu agama merupakan kewajiban bagi siapapun, baik yang masih muda maupun yang telanjur tua. Karena ilmu agama merupakan bekal utama kita dalam meniti lautan kehidupan. Keselamatan mengarungi samuderanya sangat bergantung pada kefahaman terhadap ilmu agama. Ia menjadi penjaga segala urusan dunia, ia juga menjadi prasyarat untuk mendapatkan tiket ke syurga.

Kefahaman umat terhadap agamanya menjadi satu kunci agar umat ini kembali meraih kejayaannya seperti dimasa yang lalu. Ketika agama benar-benar menjadi landasan gerak dan menjadi motor penyemangat untuk maju dalam segala aspeknya. Hingga kemudian kita kenal para ilmuwan muslim yang muncul berbarengan dengan era keemasan Islam. Itu karena mereka masih menjadikan Islam sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan. Mereka dekat pada agama, oleh karena itu mereka (baca: umat) mampu berjaya.

Tapi coba kita lihat masa kini, umat seperti tak berharga. Mereka seakan menjadi seperti apa yang pernah disabdakan oleh rasulullah tentang kondisi umatnya menjelang menjelang akhir zaman. Yaitu menjadi seperti buih di lautan, banyak jumlahnya tapi tak mampu berbuat apa-apa. Mereka hanya menjadi bahan permainan dan olok-olokan umat lainnya yang memang sedang meraih kejayaannya karena memang mereka meninggalkan agama jauh di belakang mereka. Jadi memang sangat berbeda dengan kita. Jika kita maju bila memang kita benar-benar mengamalkan ajaran agama, tapi mereka maju justru karena mereka mencampakkan agama. Hal itu karena kandungan ajaran Islam yang terjamin kebenarannya, sebaliknya bagi mereka, agama yang mereka anut berisikan tentang ajaran yang penuh tahayul, bid’ah, dan kebohongan-kebohongan ilmu pengetahuan, sehingga benar apa yang pernah dikatakan oleh salah seorang tokoh Islam negeri tetangga, bahwa barat maju karena meninggalkan agama, sementara kita terpuruk justru karena kita meninggalkan agama. Dari sini kemudian kita dapat mengambil pelajaran bahwa jika kita ingin maju, maka kita harus kembali kepada ajaran Islam nan mulia, dan mengamalkannya dalam realitas hidup keseharian kita dalam berbagai aspeknya.

2. Ilmu dunia
Kategori ilmu yang kedua merupakan imbas dari pengamalan terhadap kategori ilmu yang pertama. Dari perspektif percaturan peradaban, ilmu keduniaan yang terbagi ke dalam dua rumpun besar ilmu pengetahuan yaitu rumpun eksakta dan rumpun sosial merupakan hasil ataupun dampak dari bagaimana umat mempedomani Islam dalam konteks hidup sehari-hari. Dalam hal ini, ilmu agama menjadi sebuah kekuatan ruh (semangat) yang akan menjadi tungku pembakar umat untuk terus menghasilkan karya-karya peradaban yang tentunya bernilai manfaat bagi umat manusia. Seperti telah dijelaskan di bagian awal tulisan, betapa Islam sangat menganjurkan pemeluknya agar menjadi manusia yang berilmu dan senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu. Bahkan salah satu hadits secara eksplisit menunjukkan kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu. Meski satu yang harus ditekankan di sini bahwa mencari dan menuntut ilmu tidak selalu harus di bangku sekolah. Karena ilmu bukan hanya adanya di institusi pendidikan. Cakrawala ilmu tidak sesempit itu jika kita benar-benar mengerti hakikatnya. Karena menuntut ilmu atau secara formalistik diwakili oleh kata pendidikan, tujuan asasinya adalah agar seseorang menjadi tahu, setelah sebelumnya ia belum tahu. Maka seseorang yang dalam suatu hal ia belum tahu tapi karena ia mencari tahu kemudian ia menjadi tahu, pada hakikatnya ia merupakan orang yang berilmu. Ia sudah mencapai tujuan pendidikan yaitu merubah seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Sungguh menarik sebuah filosofi hidup seorang teman yang mengatakan bahwa "setiap orang adalah guru, setiap hal adalah ilmu, setiap tempat adalah sekolah, dan setiap kejadian adalah pelajaran". Untaian kalimat itu merupakan representasi dari sebuah kefahaman akan hakikat pendidikan.

Terlebih dalam realita yang terjadi akhir-akhir ini di mana pendidikan dalam artian formal semakin sulit untuk dijangkau oleh mayoritas rakyat Indonesia. Hal itu karena biaya pendidikan formal semakin mahal sebagai akibat dari komersialisasi pendidikan yang digulirkan oleh pemerintah. Seperti dalam skala pendidikan tinggi misalnya, beberapa universitas sudah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang itu berarti institusi pendidikan tinggi yang sudah di BHMN-kan memiliki kebebasan untuk mengatur anggaran pembiayaan aktivitas pendidikannya. Akibatnya, mereka memungut biaya pendidikan yang mencekik para calon mahasiswa dengan mematok biaya kuliah yang tinggi. Institusi pendidikan menjadi terswastanisasi dan pemerintah melenggang, berlepas tangan akan kewajibannya dalam memberikan pendidikan kepada warga negaranya, sungguh sangat ironis.

Melihat kondisi tersebut, maka hendaknya harus benar-benar digalakkan pendidikan model alternatif yang berbiaya murah, namun masih dapat memenuhi target kompetensi yang diharapkan. Disamping juga tidak lupa untuk terus mengingatkan pemerintah untuk tidak melupakan salah satu kewajibannya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Mudah-mudahan nantinya hal itu dapat menyadarkan pemerintah agar benar-benar menjadikan sektor pendidikan menjadi fokus garapan prioritas dalam upayanya untuk bangkit dari keterpurukan. Sebagaimana kita belajar dari bangsa Jepang yang menjadikan sektor pendidikan menjadi satu fokus utama pembangunan pasca kejatuhan akibat perang dunia kedua di pertengahan abad 20 lalu. Dan saat ini kita dapat melihat hasil yang telah mereka rintis. Jepang menjadi salah satu negeri yang terkenal dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang maju. Maka jika memang kita benar-benar ingin bangkit dari krisis multidimensi ini, menjadi suatu keniscayaan memulainya dari satu sektor fundamen dalam kehidupan yaitu sektor pendidikan. Dan, semoga hal itu dapat mampu kita wujudkan. Wallohu A’lam Bish Showwab. [ ] AF

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home