Lembar Dakwah LABBAIK

Tuesday, January 16, 2007

MASYARAKAT DAMBAAN UMAT


Masyarakat mempunyai peranan yang sangat besar untuk pembentukan karakter individu-individu didalam masyarakat tersebut. Setiap individu akan terpola dalam masyarakat dan terpengaruh oleh apa yang ada di dalamnya, baik berupa pemikiran maupun tingkah lakunya. Apabila masyarakat berpola jahiliyah maka tiap tiap individu yang ada didalamnya akan berperilaku dan berpikiran jahiliyah pula. Apabila masyarakat mencerminkan nilai islami maka tiap tiap individu yang ada didalamnya berperilaku dan berpikiran islami pula.

Manusia adalah mahluk sosial, yang harus hidup bersama manusia yang lain. Sudah barang tentu tiap individu yang satu akan mempengaruhi individu yang lain. Sebagaimana yang kita fahami bahwa hubungan individu satu dengan yang lain dalam bermasyarakat harus mencerminkan nilai-nilai islami, islam sebagai idiologi dalam pembentukan tatanan masyarakat. Disini perlu adanya konsep yang jelas terkait dengan pembentukan masyarakat yang islami tersebut.

Ibnu Qoyyim al-Jauzy mengatakan bahwa pembentukan masyarakat islami bertujuan membangun hubungan yang kuat antara individu sebuah masyarakat dengan menerapkan sebuah ikatan yang terbangun diatas kecintaan sebagai realisasi sabda Rasulullah yang berbunyi ”Tidaklah sempurna iman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari)

Pembentukan masyarakat yang memiliki jiwa membangun menurut ibnu Qoyyim ialah yang mampu menghasilkan individu masyarakat yang saling mencintai sebagian dengan sebagian yang lain, dan saling mendo’akan walaupun mereka saling berjauhan. Dan sebagai buah dari do’a ini malaikat akan mengaminkan do’a seseorang untuk saudaranya yang lain yeng telah dido’akannya.

Termasuk dari buah kecintaan seseorang kepada saudaranya adalah bahwa kecintaan tersebut akan menghantarkan kebaikan kepadanya, baik dalam hidupnya didunia maupun setelah kematiannya.

Akhlak Islam Dalam Masyarakat
Sebagaimana masyarakat Islam itu memiliki keistimewaan di bidang aqidah, ibadah dan pemikiran, maka ia juga memiliki keistimewaan dalam masalah akhlaq.

Akhlaq merupakan bagian penting dari eksistensi masyarakat Islam. Mereka adalah masyarakat yang mengenal persamaan keadilan, kebajikan dan kasih sayang, kejujuran dan kepercayaan, sabar dan kesetiaan, rasa malu dan kesetiaan, 'izzah dan ketawadhu'an, kedermawanan dan keberanian, perjuangan dan pengorbanan, kebersihan dan keindahan, kesederhanaan dan keseimbangan, pemaaf dan penyantun, serta saling menasihati dan bekerjasama (ta'awun). Mereka beramar ma'ruf dan nahi munkar, melakukan segala bentuk kebaikan dan kemuliaan, keutamaan akhlaq, semua dengan niat ikhlas karena Allah, bertaubat dan bertawakal kepada-Nya, takut menghadapi ancaman-Nya dan mengharap rahmat-Nya. Memuliakan syiar-syiarNya, senang untuk memperoleh ridhaNya, menghindari murka-Nya, dan lain-lain dari nilai-nilai Rabbaniyah yang telah banyak dilupakan oleh manusia.

Ketika kita berbicara tentang akhlaq, maka bukanlah akhlaq itu hanya menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia saja, akan tetapi ia mencakup hubungan manusia dengan penciptannya juga.

Dalam menjalin hubungan antara individu satu dengan individu yang lain perlu adanya perilaku yang membuat hubungan tersebut menjadi harmonis. Hubungan yang mampu menjadikan individu yang ada didalam masyarakat merasa tenteram, tidak ada yang membuat resah. Akhlak islami mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan hubungan tersebut. Akhlak islami bisa kita lihat dari tiap-tiap individu dengan melihat perilaku kesehariannya. Perilaku yang merupakan spontan tanpa ada rekayasa atau dengan dibuat-buat.

Kita banyak mendapatkan teori tentang akhlak islam, baik pelajaran agama disekolah, pengajian dimasjid, dan masih banyak lagi. Tapi ketika ilmu yang kita dapatkan tadi tanpa ada realisasi maka akhlak islami tersebut tidak akan muncul dalam diri kita. Akhlak islami banyak didapatkan ketika kita berinteraksi dengan masyarakat.

Dekat dengan orang sholeh, agar kita bisa belajar akhlak islam yang mulia. Sebagai perumpamaan, apabila kita dekat dengan penjual minyak wangi maka kita akan tertular bau wangi. Begitu juga kita ketika dekat dengan kebaikan maka akan tertular juga dengan hal yang baik.

Tugas Masyarakat Islam Terhadap Akhlaq

Sesungguhnya tugas masyarakat Islam terhadap akhlaq adalah sebagaimana tugasnya terhadap aqidah, pemikiran dan ibadah.

Tugas (peran) mereka terhadap akhlaq yang diutarakan oleh DR. Yusuf Qordhawi ada tiga hal, yakni Taujih (mengarahkan), Tatshit (memperkuat), dan Himaayah (memelihara).

Taujih atau pengarahan itu bisa dilakukan dengan penyebaran pamflet, penyampaian di berbagai mass media, pembekalan, dakwah dan irsyad (menunjuki jalan yang lurus).

Adapun Tatshit (memperkuat) itu dilakukan dengan pendidikan yang sangat panjang waktunya, dan dengan tarbiyah yang mengakar dan mendalam dalam level rumah tangga, sekolah dan universitas.

Sedangkan Himaayah itu bisa dilakukan dengan dua hal berikut:
Dengan pengendalian opini umum secara aktif, dengan selalu beramar ma'ruf dan nahi munkar serta membenci kerusakan dan menolak penyimpangan.

Dengan hukum atau undang-undang yang melarang kerusakan sebelum terjadinya dan pemberian sanksi setelah terjadinya. Hal itu untuk menakut-nakuti (tarhib) orang yang hendak menyeleweng dan mendidik orang yang merusak serta membersihkan iklim berjamaah dari polusi moral.

Dengan tiga hal ini, yaitu taujih, tatsbit dan himaayah maka akhlaq Islam akan tumbuh, berkembang dan berjalan dalam kehidupan sosial seperti berjalannya air yang m engandung zat makanan dalam batang pohon sampai ke daun-daunnya.

Maka bukanlah masyarakat Islam itu masyarakar yang di dalamnya akhlaq orang-orang yang beriman bersembunyi, sementara akhlaq orang-orang yang rusak muncul di permukaan.

Bukan pula masyarakat Islam itu masyarakat yang di dalamnya perilaku kekerasan orang-orang kuat mendominasi yang lemah dan yang lemah semata-mata tunduk kepada yang kuat.

Bukan disebut masyarakat Islam itu masyarakat yang menyembunyikan taqwallah dan muraqabah kepada-Nya serta takut terhadap hisabNya. Sehingga kita melihat manusia berbuat sesuatu seakan mereka menjadi tuhan-tuhan terhadap dirinya sendiri dan mereka terus berlaku demikian seakan di sana tidak ada hisab yang menunggu. Mereka terus dalam keadaan lalai, berpaling dan merasa cukup dengan apa yang sudah diperoleh di dunia.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diliputi oleh sikap tawaakul (bermalas-malasan) dan menyerah kepada keadaan, bersikap lemah dan berfikir negatif dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup serta melemparkan kesalahan kepada ketentuan takdir.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang merendahkan orang-orang shalih dan memuliakan orang-orang fasik, mendahulukan orang-orang yang berbuat dosa dan mengakhirkan orang-orang yang bertaqwa.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang menzhalimi orang yang berlaku benar, sementara ia justru mendukung para ahli kebathilan. Mereka mengatakan kepada orang yang dipukul, "Diamlah kamu, jangan berteriak!," dan bukannya mengatakan kepada orang yang memukul, ."Tahanlah tanganmu!"

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang segala macam kewajiban dirusak, seriap keinginan nafsu mereka turuti dan segala sesuatu diselesaikan dengan risywah (suap-menyuap).

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang orang tuanya tidak dimuliakan dan orang mudanya tidak dikasihi, serta orang yang punya keutamaan tidak dihargai.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang akhlaqnya menjadi luntur dan meleleh, yang laki-laki menyerupai wanita dan kaum wanitanya menyerupai laki-laki.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang tersebar di dalamnya fakhisyah (perbuatan keji), kaum laki-lakinya tidak memiliki kecemburuan dan kaum wanitanya kehilangan rasa malu.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang orentasinya dalam beramal adalah riya' dan munafik atau untuk mencari pujian dan popularitas. Di sana hampir-hampir tidak ada lagi pejuang dari kalangan orang-orang yang ikhlas dan baik, yang bertaqwa dan yang tidak menonjolkan diri. Yaitu apabila mereka hadir, mereka tak dikenal dan apabila mereka pergi, orang tidak mencari (karena merasa kehilangan).

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang diwarnai oleh akhlaq orang-orang munafik, apabila berbicara ia dusta, apabila berianji tidak menepati, apabila dipercaya berkhianat dan apabila bertengkar ia berbuat curang.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang bapak-bapak dan anak-anak mereka ditelantarkan. Sehingga anak menjadi durhaka terhadap orang tua, hubungan sesama saudara menjadi kering (tidak bersahabat), saling memutuskan silaturrahim, para tetangga saling bertengkar, ghibah membudaya, mengadu domba dan merusak hubungan baik merajalela, sikap egois menjadi identitas anggota masyarakat.

Bukanlah masyarakat Islam itu masyarakat yang tidak diatur oleh keutamaan dan nilai-nilai moralitas yang luhur. Akan tetapi, masyarakat Islam adalah masyarakat yang senantiasa berusaha untuk komit dan terikat dengan ketentuan tersebut, meskipun hal itu sulit dan penuh pengorbanan. Tidak heran, karena misi diutusnya Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlaq manusia."abi SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali untuk menyempurnakan, akhlaq." (HR. Bukhari, Hakim dan Baihaqi)

Maka tidak bisa dipisahkan dalam masyarakat ini antara ilmu dan akhlaq, antara seni dengan akhlaq, antara ekonomi dengan akhlaq, antara politik dengan akhlaq dan bahkan antara perang dengan akhlaq. Karena akhlaq merupakan unsur yang mewarnai segala persoalan hidup dan sikap hidup seseorang, mulai dari yang kecil sampai urusan yang besar, baik yang berdimensi individu maupun sosial.

Tugas Masyarakat Islam Terhadap Tata Kehidupan Islami

Sesungguhnya tugas masyarakat Islam di sini sebagaimana tugasnya yang kontinyu adalah memasyarakatkan adab-adab tersebut dan mendidik putra putrinya untuk memiliki adab Islami. Juga mendidik murid-muridnya untuk berakhlaq Islami dalam seluruh jenjang dan tingkatan pendidikan, dari masa kanak-kanak (balita) hingga perguruan tinggi dan mendorong hal itu (berakhlaq) kepada ummat dengan segala sarana yang ada dan dengan segala metode atau cara yang berpengaruh luas. Misalnya melalui makalah dan artikel, cerpen dan puisi, teater dan tilm, buletin dan buku, majalah dan surat kabar, mutiara kata dan karikatur, dan masih banyak lagi. Dan hendaknya bekerja sama dengan yayasan atau lembaga yang ada, seperti masjid, gedung teater, sekolah, stasiun televisi, penerbit dan sebagainya. Tidak boleh membangun peralatan di satu sisi, sementara menghancurkan sarana-sarana di sisi yang lain, sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:

"Jika suatu hari bangunan itu telah sempurna, sementara kamu membangun sedangkan selain kamu merobohkannya."
"]ika ada seribu pembangun kemudian ada satu yang merusak maka sudah cukup, tetapi bagaimana jika yang membangun itu satu, sementara yang merusak ada seribu."

Apalagi perusakan di masa sekarang ini menggunakan ranjau, bukan lagi dengan kapak, dan ini benar-benar terjadi pada materi maupun moral secara keseluruhan.
Kewajiban masyarakat Islam dewasa ini adalah membersihkan tata kehidupan masyarakat dan tradisinya dari berbagai hal yang asing sehingga mempengaruhi tabiatnya yang seimbang dan adil. Baik hal itu dipengaruhi oleh masa-masa jatuhnya pemikiran dan kemunduran peradaban Islam atau juga akibat serangan dengan munculnya peradaban Barat Modern dengan berbagai bid'ah dan kemungkaran, baik di bidang mode pakaian, perkakas rumah tangga, makanan, minuman, resepsi pernikahan dan berbagai acara yang lainnya serta dalam pola hubungan antara laki-laki dan wanita dan lain-lain.

Sistem masyarakat islam (DR. Yusuf Qordhowi)
Manhaj Tarbiyah Ibnu Qoyyim (DR. Hasan Bin Ali al-Hijazy)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home