Lembar Dakwah LABBAIK

Wednesday, September 27, 2006

Bekal Ramadhan

“...Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. al-Baqarah [2]: 197)


Seorang pemuda Muslim Indonesia yang belajar di sebuah negara Eropa membatalkan pernikahannya dengan seorang gadis berbeda agama hanya beberapa jam menjelang pernikahan. Alasannya sederhana, malam itu ia tidak bisa tidur karena di pelupuk matanya terbayang kembali kegembiraan masa kecilnya: berkopiah, bersarung, berbaju koko putih, berlari bersama teman-temannya berangkat ke masjid untuk shalat tarawih. Seketika ia sadar bahwa kegembiraan suci yang begitu kokoh mengendap di dasar hatinya tak akan pernah ia rasakan lagi begitu ia mengucapkan janji pernikahan yang mengharuskannya berubah halauan dari Islam. Dibatalkannya pernikahan itu, bahkan kini ia menjadi seorang muslim yang taat.
Kegembiraan dan kesukacitaan sahur, berbuka puasa, tarawih, tadarus Qur’an, bersedekah, bersilaturahim, dan shalat ’Ied di tanah lapang merupakan kenangan tak terlupakan dalam bulan Ramadhan. Setiap muslimin senantiasa merindukan kedatangan Ramadhan yang datangnya hanya sebulan dari dua belas bulan yang ada. Keindahan dan keteduhan bulan mulia ini, sebentar lagi akan tiba membawa keberkahan dan rahmat untuk seluruh muslimin di penjuru dunia. Allah SWT telah menyediakan berlipatnya pahala dari kebaikan yang dikerjakan, setiap muslim sudah sepantasnya saling berlomba dalam upaya meraih ridha-Nya dengan mengisi hari-hari Ramadhan dengan berbagai amalan sholeh dan kebajikan.

Persiapan Ramadhan
Ramadhan dijelaskan Rasulullah SAW sebagai Syahrul Azhim Mubarak, yakni bulan yang sangat agung dan berlimpah keberkahan serta kebaikan. Bulan yang pada sepuluh hari pertamanya tercurah rahmat, sepuluh hari keduanya berlimpah maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari terakhirnya pembebasan dari api neraka. Masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang menghampar di Bulan Ramadhan. Namun semua itu tidak mungkin diraih tanpa ada persiapan-persiapan yang serius. Ada dua persiapan penting yang harus dilakukan dalam rangka menyambut Ramadhan, yakni persiapan pribadi muslim (I’dadun nafsi) dan mempersiapkan lingkungan (bi’ah) yang kondusif.

Persiapan pribadi itu terdiri dari empat hal:
1. I’dad Ruhi Imani (persiapan ruh keimanan)
Shalafus sholeh biasa melakukan persiapan ini jauh hari sebelum memasuki Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya’ban. Ini bisa dilihat dari do’a mereka: “Ya Allah, berikanlah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan”.
Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surat at-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzaliman sejak bulan Rajab. Bukan berarti di bulan yang lain diperbolehkan, namun hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Rajab iman kita meningkat. Bisa dikiaskan, Rajab dan Sya’ban merupakan masa pemanasan (warming-up) sehingga ketika mulai start memasuki Ramadhan kita sudah langsung lari kencang. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu….” (QS. at-Taubah [9]: 36)

Satu hal yang juga dibiasakan Rasulullah dan para shahabat, pada akhir Sya’ban berkumpul di masjid untuk mendengarkan khutbah penyambutan Ramadhan. Saat itu juga dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk saling meminta maaf dengan harapan memasuki Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Di samping itu Nabi juga memperbanyak silaturahmi dan bertahniah (saling mengucapkan selamat) menunaikan Ramadhan, sebuah tradisi yang perlu untuk dihidupkan.

2. I’dad Jasadi (Persiapan Fisik)
Untuk memasuki Ramadhan, secara fisik kitapun harus lebih sehat dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, kemuliaan-kemuliaan yang dilimpahkan Allah di bulan Ramadhan pun tidak optimal diraih. Rasulullah SAW dan para shahabat mencontohkan telah membiasakan melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur’an, banyak melakukan Qiyamul lail (shalat malam), dan meningkatkan kepedulian sosial jauh hari sebelum Ramadhan.
Ibunda ‘Aisyah menggambarkan bahwa Rasulullah SAW banyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban, melebihi bulan lain di luar Ramadhan.

3. I’dad Maliyah (Persiapan Harta)
Jangan salah duga, persiapan harta bukan untuk membeli kebutuhan logistik buka puasa ataupun persiapan kue-kue dan baju lebaran seperti tradisi kita selama ini, namun dimanfaatkan untuk melipatgandakan shodaqoh karena Ramadhan merupakan bulan kepedulian sosial. Di samping itu, pahala bershodaqoh di bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.

4. I’dad Fikri wa ‘Ilmi (Persiapan Fikiran dan Ilmu)
Agar Ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Cara yang bisa kita tempuh adalah dengan membaca berbagai literatur tentang Ramadhan yang bisa membimbing kita beribadah Ramadhan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Banyak menghafal ayat-ayat dan doa-doa yang terkait dengannya, serta diupayakan menguasai berbagai masalah dalam hukum puasa.

Di samping persiapan-persiapan pribadi di atas, tak kalah pentingnya adalah persiapan lingkungan. Untuk mewujudkan Ramadhan yang sukses, peran lingkungan sangat besar, betapapun semangatnya pribadi menyambut Ramadhan tetapi lingkungan tidak mendukung maka pribadi tersebut akan terkena imbasnya.
Pengkondisian lingkungan ini harus dilakukan di mana saja, dari lingkungan kecil keluarga, tetangga hingga dalam cakupan lebih luas masyarakat secara umum.
Di rumah misalnya, sebaiknya memberi semangat anak-anak dengan nasehat tentang puasa; didorong dengan pemberian hadiah seperti mukena, kain sajadah, ataupun al-Qur’an yang baru. Orang tua juga mencontohkan dengan banyak berpuasa sunnah, sehingga anak terbiasa dengan kondisi berpuasa. Ada sebagian keluarga yang bahkan menghias rumah dengan pita dan balon, seakan menyambut tamu mulia dengan sebuah kegembiraan.
Di luar rumah bisa dipasang stiker ataupun dalam cakupan masyarakat bisa disebarkan brosur ataupun pemasangan spanduk untuk mengingatkan masyarakat tentang Ramadhan dan keutamaannya. Tayangan-tayangan media diupayakan mendukung khusyu’nya Ibadah Ramadhan, gambar-gambar serta tayangan mengumbar aurat ditiadakan. Tak kalah pentingnya, masjid dan mushalla ditata lebih indah, bersih dan nyaman, sehingga jama’ah merasa lebih betah dan tenteram. Kemudian dipersiapkan juga berbagai acara yang beraneka ragam dan berbobot, bukan hanya shalat tarawih dan ifthor jama’i (berbuka puasa bersama) namun berbagai kajian agama, tafsir Qur’an, tadarus bersama, hingga pesantren anak dan remaja. Sebanyak-banyaknya ada variasi kegiatan, sehingga masyarakat tersedot ke dalam warna Islam agar terbiasa hidup Islami di luar bulan Ramadhan.

Puasa Sukses
Ibadah Ramadhan yang sukses adalah yang berhasil meraih ketakwaan serta mampu mempertahankannya selama sebelas bulan ke depan, seperti gambaran para Shahabat yang memiliki kualitas ibadah setara dengan Ramadhan sampai enam bulan setelahnya. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan :
1. Meningkatkan kualitas puasa tidak hanya makan dan minum namun juga melatih jiwa untuk berfikir dan berperilaku hidup Islami.
2. Meningkatkan interaksi dengan al-Qur’an
Hikmah al-Qur’an diturunkan Allah di bulan Ramadhan adalah supaya setiap muslim bisa lebih banyak membaca, memahami, dan mengikuti tuntunannya. Sangat mustahil seorang akan bertakwa tanpa mengkaji al-Qur’an.
3. Memperhatikan aturan Allah dan tidak melanggarnya
Allah telah memberikan kepada ummat manusia hikmah Ramadhan berupa latihan disiplin mentaati rukun shaum, larangan makan-minum serta kewajiban mengekang hawa nafsu dari fajar hingga waktu berbuka tiba. Kedisiplinan diri untuk patuh dan berserah diri pada aturan Allah untuk tetap dipupuk dan dikembangkan di sebelas bulan setelah Ramadhan.
4. Beri’tikaf di masjid pada 10 hari terakhir
Beri’tikaf di masjid pada 10 hari terakhir merupakan tanda dekatnya hubungan kita dengan Allah SWT karena senantiasa berada di lingkungan baitullah (rumah Allah) serta memperbanyak dzikir, ibadah, dan tafakur.

Ramadhan telah menjelang, alangkah ruginya ketika kita melewatkan hari-hari di dalamnya tanpa melakukan kebaikan-kebaikan. Karena seperti dinasehatkan Rasulullah SAW kepada kita, kebaikan-kebaikan yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan mendapatkan ganjaran seperti jika menunaikan Ibadah di bulan lain. Dan barangsiapa menunaikan Ibadah kepada Alah, maka akan mendapatkan tujuh puluh kali lipat ganjaran orang yang yang melakukan ibadah di bulan lain. Selamat menyiapkan bekal Ramadhan, semoga kita dimudahkan Allah untuk meraih sukses Ramadhan tahun ini. [SY]

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home