Lembar Dakwah LABBAIK

Sunday, December 17, 2006

MEMBENTUK KELUARGA ISLAMI

Episod hijrah Nabi Muhammad s.a.w dan kaum muslimin dari Mekah ke Madinah mempunyai hikmah yang bukan saja membuka jalan kepada perkembangan Islam dan mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga memberikan nafas baru dalam hubungan sesama manusia. Masyarakat Arab Jahiliyah ketika itu sangat kuat dengan semangat assabiyahnya (bangga terhadap kelompoknya) sehingga sering terjadi pertumpahan darah sesama kabilahnya. Hijrahnya Nabi Muhammad s.a.w dan para sahabatnya ke Madinah yang membawa bersama akidah Islam yang suci telah membentuk cara hidup berlandaskan Islam.

Hijrah telah menukarkan prinsip amalan jahiliyah kepada ketaatan yang total kepada Islam. Hijrah Rasululullah s.a.w ini membawa dakwah Islamiah kepada tahap kedua yaitu perlaksanaan ajaran Islam sepenuhnya terutama jihad di mana sebelum itu selama tiga belas tahun di Mekah, seruan Islam lebih menekankan aspek tauhid dan keimanan kepada Allah. Tertegaknya Daulah Islamiah di Madinah adalah hasil dan berkat peristiwa hijrah ini maka bermulalah ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selepas itu mengajar umat Islam tentang kewajiban dan tanggungjawab terhadap sesama manusia yang meliputi sistem ideologi, ekonomi, politik dan kemasyarakatan termasuk sistem kekeluargaan dalam Islam. Berdasarkan dua peringkat dakwah Islamiah ini, dapatlah diambil satu pengajaran yaitu dalam membentuk keluarga Islam, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memperkuatkan akidah dan keimanan terutama kepada pasangan yang bakal mendirikan rumahtangga.

Rumahtangga merupakan alam baru yang inheren dengan kebutuhan manusia. Kebahagiaan atau sebaliknya sangat bergantung sejauh mana persiapan pasangan itu dalam bekerjasama mewujudkan keharmonian sesama mereka. Firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 80 yang artinya,

'Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal (mendapat ketenangan di dalamnya)'

Islam telah menggariskan satu panduan hidup yang lengkap dan rapi pada segala perkara yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Keharmonisan dalam sebuah keluarga adalah faktor terpenting bagi terwujudnya sebuah tatanan masyarakat yang harmoni, bahagia dan sejahtera. Tugas setiap anggota keluarga hendaklah dilaksanakan dengan sempurna sesuai hak masing-masing. Suami mempunyai hak atas isteri dan anak-anak, demikian juga sebaliknya. Jika setiap anggota keluarga tahu hak mereka maka akan terwujud keharmonian, ketenangan dan kesejahteraan di dalam keluarga.

Karakter dan Peran Anggota Keluarga Islam
Keluarga Islam wajib menjadikan Islam sebagai panduan dan cara hidup. Syariah, akidah dan akhlak Islam hendaknya menjadi dasar hubungan dalam keluarga. Menjadi tugas dan tanggungjawab suami isteri untuk menghayati konsep al-Mawaddah dan al-Rahmah sebagaimana firman Allah s.w.t dalam surah Al-Rum ayat 21 yang artinya;

'Antara tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah s.w.t adalah dicptakannya untuk kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan antara kamu rasa kasih sayang (Al-Mawaddah) dan belas kasihan (Al-Rahmah), sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda orang-orang yang berfikir'.

Terdapat beberapa ciri yang perlu ada untuk membentuk sebuah keluarga Islami, diantaranya bertakwa, bekerjasama, saling memahami, sayang menyayangi dan bertanggungjawab. Konsep ketakwaan kepada Allah s.w.t harus dititikberatkan dalam setiap anggota keluarga yaitu taat kepada segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah s.w.t. Sholat lima waktu contohnya, tidak boleh diabaikan oleh setiap anggota keluarga. Anak-anak yang masih kecil seharusnya dididik mengerjakan ssholat supaya apabila dewasa nanti mereka memahami bahwa itu adalah kewajiban bagi setiap umat Islam. Rasulullah s.a.w bersabda yang artinya,

'Suruhlah anak-anak kamu mendirikan solat ketika umur mereka 7 tahun dan pukullah mereka ketika berumur 10 tahun sekiranya mereka enggan; dan pisahkan tempat tidur mereka.'

(Riwayat Al-Hakim dan Abu Daud)

Untuk membentuk keluarga Islami, kita perlu berhijrah dengan menjadikan rumah sebagai ‘syurga’ yaitu tempat yang penuh dengan ketenangan, kenikmatan dan kebahagiaan. Ini dapat dicapai dengan mengerjakan sholat berjamaah sekeluarga dan membaca al-Quran atau bertadarus bersama-sama. Membaca buku agama di rumah beramai-ramai juga merupakan amalan yang baik bagi rumahtangga karena secara tidak langsung dapat menambah dan meluaskan ilmu pengetahuan anggota keluarga.

Amalan-amalan tersebut selain mempunyai faedah yang besar, ia dapat mendidik anak-anak menghayati budaya keluarga Islam yang mulia. Ia juga dapat menghindarkan keluarga terjerumus ke dalam maksiat dan kemungkaran.

Oleh karena itu, setiap lelaki muslim sebelum melangkahkan kaki ke alam perkawinan dan menjadi kepala keluarga, adalah menjadi satu kewajiban melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu terutama ilmu-ilmu agama sebagai persiapan membina keluarga Islami. Firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 34 yang artinya;

'Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (lelaki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (lelaki) telah belanjakan sebagian dari harta benda mereka.'

Sebagai kepala keluarga, suamilah yang memberi warna kehidupan sebuah keluarga. Jika keluarga diwarnai dengan kehidupan ala barat, maka begitulah jadinya. Tetapi jika suami mempunyai kesedaran Islam, sudah pasti akan terdidiklah anggota keluarga mereka dengan syariat Islam yang benar. Anak-anak lahir dalam keadaan suci bersih maka ibu bapaknyalah yang akan memberikan warna kehidupan anak mereka. Sabda Rasulullah s.a.w yang artinya,

'Tiap-tiap anak dilahirkan dalam fitrah (suci bersih), maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi'

(Riwayat Bukhari)

Isteri berperan membantu suami mencapai keharmonisan rumahtangga yang dibina. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasai,

'Sebaik-baik isteri adalah menggembirakan suami apabila dilihat, apabila suami memerintah dia patuh dan apabila suami tidak ada di sisinya dia menjaga kehormatan dan harta kepunyaan suaminya'.

Islam telah memberi garis panduan yang jelas mengenai ketaatan seorang isteri kepada suaminya yaitu bukan pada perkara yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Isteri memiliki kelebihan dan potensi yang tidak ada pada suami. Kelembutan, penyayang dan penyabar merupakan ciri terpenting dalam mendidik anak-anak dan pasangan hidup yang sempurna. Oleh sebab itu, isteri memainkan peranan membina keluarga Islami dengan tidak meletakkan tanggungjawab sepenuhnya kepada suami. Maka sewajarnyalah si isteri berhijrah menjadi isteri yang solehah, berperan aktif dan bersama-sama dalam membina keluarga Islam yang sebenarnya.

Jika suasana rumahtangga mulai hambar, masing-masing perlu segera memainkan peranan untuk memperbaikinya. Ini karena keluarga Islam adalah berasaskan pada keharmonisan hubungan suami isteri itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah atau perselisihan, suami isteri perlu bekerjasama dan saling berbincang tentang hal-hal yang berkaitan dengan urusan rumahtangga, pendidikan anak-anak maupun keuangan.

Mereka seharusnya bekerjasama dan bersabar dalam membina kerukunan rumahtangga. Suami isteri harus bijak dan saling bertoleransi antara satu sama lain karena hasil yang baik tidak mungkin dapat capai tanpa usaha yang sungguh-sungguh dan bersusah payah terlebih dahulu.

Suami seharusnya menyadari tentang beban pasangannya. Dia harus bersikap belas kasih karena banyak perkara yang telah isteri lakukan seperti menjaga kebajikan suami dan anak-anak, pendidikan anak-anak, urusan rumahtangga dan keperluan dirinya sendiri. Sebaliknya isteri tidak seharusnya mementingkan diri sendiri tetapi turut membantu beban yang ditanggung oleh suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Jelas di sini bahwa seisi keluarga harus saling memahami masalah dan beban tugas masing-masing dalam pekerjaan, rumahtangga dan pendidikan anak-anak. Di samping itu, beban ini menimbulkan berbagai emosi yang positif dan negatif. Untuk mengekalkan keharmonisan dalam keluarga, masing-masing perlu berperan menjaga emosi pasangannya.

Firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6;

'Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka'

Berdasarkan ayat ini, ternyata suami isteri bertanggungjawab untuk berusaha mendidik anak-anak sejak dari kecil dengan asas keimanan yaitu prinsip-prinsip agama yang luhur. Mereka juga perlu mengimbangi pendidikan yang diterima oleh anak-anak dengan memberi pendidikan akademik, jasmani, akal, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Ibu dan bapak perlu bersama-sama melibatkan diri dalam pendidikan anak-anak. Sikap meletakkan tanggungjawab sepenuhnya kepada guru dan para pendidik dalam urusan pendidikan anak harus diubah. Karena anak-anak juga terbentuk dan terdidik oleh pengaruh lingkungannya. Sedangkan keluarga adalah lingkungan dimana anak menghabiskan sebagian besar hidupnya

Keluarga Islami memerlukan anak-anak yang terdidik dengan sifat kasih sayang, penuh ketaatan dan rasa tanggungjawab. Anak merupakan amanah Allah s.w.t kepada hamba-hamba-Nya. Kelahirannya seumpama kain putih bersih dari noda dan kekotoran duniawi. Justeru, yang memberikan warna-warnanya adalah ibu bapak sendiri. Anak memainkan peranan yang penting untuk menjadikan suasana yang harmoni dalam keluarga. Ibu bapak perlu memberi didikan yang sempurna kepada anak-anaknya dengan ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi. Dengan didikan yang sempurna ini, anak-anak dapat memikirkan hal yang baik dan buruk, seterusnya mentaati bapak ibunya yang melahirkannya ke dunia. Taat kepada ibu bapak ini bukanlah taat kepada hal yang mungkar seperti meninggalkan sholat, puasa dan lain-lain, tetapi ketaatan seorang anak itu adalah diatas perkara yang makruf dan yang diridhai Allah s.w.t. Perlu diingat bahwa seorang anak tidak boleh berlaku kasar atau menzalimi kedua ibu bapaknya sekalipun sekedar menyebut perkataan ‘ah’ karena hal itu sudah dianggap durhaka dan berdosa besar.

Menuntut ilmu perlu dilakukan oleh setiap anak dari keluarga yang Islami. Ilmu yang perlu dituntut bukan hanya ilmu keduniaan seperti sains dan matematik, tetapi juga ilmu akhirat seperti akidah, ilmu fiqih, akhlaq dan sebagainya. Anak-anak yang memperoleh kedua ilmu itu nantinya dapat menyeimbangkan antara ibadah dan muamalah supaya antara keduanya tidak diabaikan.

Anak-anak yang soleh adalah anak yang senantiasa mendoakan kebaikan kepada ibu bapak baik yang masih hidup atau sudah mati. Rasulullah s.a.w pernah bersabda bahwa apabila mati anak Adam maka terputus amal ibadahnya kecuali tiga hal, pertama : ilmu yang bermanfaat, kedua : sedekah jariah dan ketiga : doa anak-anak yang soleh. Jelaslah bahwa peranan anak soleh yang mendoakan kesejahteraan ibu bapaknya sangat penting untuk menjamin ibu bapaknya senantiasa hidup bahagia, sejahtera dan diridhai Allah s.w.t di dunia dan akhirat.

Satu lagi perana seorang anak untuk mewujudkan keluarga Islami ialah menjaga nama baik keluarga. Anak yang soleh adalah anak yang senantiasa berkelakuan baik walau di mana saja dia berada. Apa yang dilakukan adalah berlandaskan ajaran Islam yang suci dalam bidang apapun yang diceburi. Anak-anak yang soleh tidak mudah terjebak ke lembah kehinaan seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan sebagainya yang menjadi aib bagi ibu bapak dan keluarganya apatah lagi mengganggu keharmonisan hidup bermasyarakat.

Peran Sosial Keluarga Islam
Keluarga Islami bukan hanya diperoleh dari hubungan antara anggota keluarga saja tetapi juga hubungan dengan tetangga disekelilingnya. Hubungan bertetangga yang baik dapat diwujudkan berawal dari sikap saling menghormati antara satu sama lain. Keluarga Islami bukan saja mewujudkan suasana yang harmoni di dalam keluarga tetapi keharmonisan tersebut dapat ditularkan kepada tetangganya. Sikap dan amalan yang negatif seperti mengumpat, hasad dengki, menyakiti, menabur fitnah, mementingkan diri sendiri, kikir dan sebagainya, tidak ada dalam kamus keluarga Islam. Setiap anggota keluarga sama-sama bertanggungjawab mewujudkan suasana harmoni dalam bertetangga.

Secara umum dapatlah ditegaskan di sini bahwa institusi keluarga merupakan unit masyarakat yang paling kecil yang menjadi titik tolak ke arah pembentukan sebuah masyarakat yang lebih besar dan seterusnya membentuk sebuah negara. Mendirikan rumahtangga atau membentuk sebuah keluarga Islami merupakan satu tuntutan Islam dan sempurnanya separuh agama.

Keluarga Islam hendaknya dapat memberikan teladan yang sempurna bagi masyarakat disekelilingnya dan berusaha mengajak masyarakatnya menjadi masyarakat yang peduli terhadap kondisi sosialnya.

Wallohu a’lam bish-showaab. [SY]

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home