Lembar Dakwah LABBAIK

Wednesday, September 27, 2006

Umat Islam Bersatulah

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Ra’du [13] : 11)

Keruntuhan Turki Utsmani dan penghapusan sistem khilafah oleh Kemal Attaturk, pada tahun 1924. Sudah 82 tahun ummat Islam tidak mempunyai sistem pemerintahan secara universal. Perpecahan dalam tubuh ummat Islam masih saja terjadi, saling tuduh, saling hujat, tidak ada persatuan. Masing-masing memikirkan dirinya sendiri, golongannya sendiri. Peristiwa dekat ini, penyerbuan terhadap salah satu negeri muslim (Palestina dan Libanon), sebagian ummat Islam masih melihat penduduk negerinya dari golongan mana, imamnya siapa. Pernyataan seperti itu sering kali terdengar oleh telinga kita.

Pernyataan yang hanya melihat pada salah satu golongan/jama’ah-nya saja adalah pandangan yang sempit. Lebih lagi ketika hanya membenarkan jama’ahnya dan menyalahkan yang lain. Esensi dalam hidup berjama’ah adalah agar kita mampu meningkatkan segala potensi yang ada dalam diri kita serta agar kita senantiasa terjaga kondisi keimanan kita. Kehidupan ber-jama’ah kita jadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri.

Kemerosotan peranan politik Islam tidaklah menyebabkan hilangnya sistem ajaran Islam sebagai ajaran yang universal, ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai sistem ajaran, Islamlah satu-satunya alternatif bagi manusia yang ingin selamat dunia dan akhirat.

Jama’atul Muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dan luhur dalam syariat Islam. Ia merupakan ikatan yang kokoh, yang apabila hancur maka akan berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan Islam. Tidak diaplikasikannya hukum-hukum Islam, meredupnya syiar Islam, dan terjadinya perpecahan ummat yang terombang-ambing bagai buih dilautan.

Musuh-musuh Islam akan senantiasa dengan mudah memperdaya ummat Islam, mereka tidak akan membiarkan begitu saja ketika Islam mulai bangkit kembali. Kebangkitan Islam membutuhkan kekuatan yang sangat besar dari ummat Islam. Tapi yang terjadi pada saat ini, sangat sedikit sekali yang memahami akan pentingnya kesatuan ummat, mereka disibukkan dengan rutinitas duniawi, disibukkan dengan memperdalam ilmu tanpa ada aplikasi, disibukkan dengan kepentingannya masing-masing.

Kehidupan berjama’ah diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Kehidupan berjama’ah harus senantiasa dijaga, dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari setiap ancaman serta rongrongan yang akan merusaknya. Allah Ta’ala berfirman : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. ali-‘Imran [3]: 103)

Unsur Kesatuan Ummat Islam
Unsur kesatuan ummat islam yang terpenting antara lain :
1. Kesatuan Aqidah
Keistimewaan ummat Islam terletak pada aqidah mereka yang bersih tentang Allah Ta’ala. Dia-lah Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Tempat bergantung segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang berhak disembah kecuali Dia.
2. Kesatuan Ibadah
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyaat [51] : 56) ummat Islam melakukan bentuk ibadah yang sama. Bersatu dalam menunaikan ibadah tanpa membedakan jenis dan warna kulit. Setiap muslim diwajibkan shalat lima waktu sehari semalam, shaum di bulan Ramadhan, zakat apabila telah cukup nishab, dan kewajiban-kewajiban yang lain.
3. Kesatuan Adat dan Perilaku
Setiap muslim memunyai keteladanan yang baik dari diri Rasulullah SAW. Hal ini menumbuhkan kesatuan perilaku dan akhlak, karena ummat Islam dituntut untuk meneladani Rasulullah SAW. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33] : 21)
4. Kesatuan Sejarah
Kita masih mengenal perang badar yang hanya dengan pasukan sedikit mampu mengalahkan pasukan yang banyak. Kita mengenal perang khandak strategi jitu untuk menghadapi kafir Quraisy hingga mundur dengan penuh kekecewaan. Kita mengenal berbagai sejarah tentang kejayaan Islam, kemakmuran akan pemimpinnya, dan masih banyak lagi. Dengan kita mengingat sejah itu bahwa kesatuan ummat Islam mampu menciptakan kehidupan yang begitu indah.
5. Kesatuan Bahasa
Merupakan suatu yang alami jika bahasa arab menjadi salah satu faktor pemersatu ummat Islam. Undang undang ummat Islam yaitu al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab, maka untuk memahami dan mengamalkannya haruslah mempelajarinya. Shalat yang kita lakukan juga menggunakan bahasa arab, tidak boleh dengan menggunakan bahasa lain. Bahasa arab ini menjadi simbol pemersatu ummat Islam.
6. Kesatuan Jalan
Sesungguhnya jalan ummat Islam adalah satu, yaitu jalan para nabi dan rasul. “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. al-Fatihah [1] : 6-7)
Seorang muslim dituntut untuk senantiasa teguh dan konsisten di jalan-Nya. Apabila terjadi penyimpangan maka akan mendapatkan celaka.
7. Kesatuan Dustur (Undang-undang)
Sumber undang-undang ummat Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. Kedua undang-undang ini adalah rujukan dalam melakukan setiap tindakan, apabila tidak menggunakannya maka terjadi penyimpangan.
8. Kesatuan Pimpinan
Dengan mengangkat seorang imam untuk mengurusi persoalan ummat, maka ummat Islam akan mencapai kesatuan, kekuatan, dan kekokohan bangunannya. Dengan faktor tersebut nempak persatuan ummat Islam merupakan kekuatan yang dahsyat. Pimpinan (Qiyadah) merupakan simbol pimpinan, kekuatan kekuatan Islam, dan kesatuan panjinya.

Realita ummat Islam dewasa ini sangat jauh dari hakikat keimanannya kepada Allah Ta’ala. Ini dalam bidang aqidah, sementara dalam bidang ibadah pun demikian pula halnya. Ummat Islam masih jauh dari hakikat Islam yang tercermin dalam shalat, zakat, puasa dan hajinya. Sama halnya dalam bidang syari’ah dan perundang-undangan, ummat ini masih sangat jauh dari hukum-hukum Islam dan ajaran-ajarannya.

Karena itu, Jama’atul Muslimin harus menjadikan tujuannya yang utama mengembalikan ummat Islam – baik secara individu, keluarga, maupun masyarakat – kepada hakikat Islam yang hanif (lurus). Baru sesudah itu kepada kepada semua manusia, menawarkan Islam kepada mereka dan untuk masuk Islam secara kaffah.

Rasulullah SAW menyadari bahwa tugas yang diamanahkan kepadanya – menyampaikan risalah Islam – tidak mungkin dapat dilakukan oleh satu orang saja, tetapi memerlukan suatu jama’ah yang kuat, yang dengan jama’ah itu tempat mengatur strategi serta beramal jama’i.
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.”
(QS. al-Muzzammil [73] : 5)

ketika menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthb berkata, “Yakni berat tanggung jawab dan konsekuensinya, bukan berat lafazh atau maknanya, bahkan ia dimudahkan penyebutannya.” Maka dalam langkah pertama kehidupan Rasulullah SAW adalah menegakkan dan mewujudkan jama’ah tersebut.

Rasulullah SAW mengetahui dari perihal kehidupan para Nabi dan Rasul sebelumnya di dalam wahyu yang diturunkan kepadanya. Nabi yang mendapatkan sambutan baik dari kaumnya, lalu mereka membentuk suatu jama’ah yang mengemban tugas dakwahnya, maka kekallah dakwah dan lembaran-lembaran ajarannya.

Rasulullah SAW mengungangkapkan pentingnya Jama’atul Muslimin bagi keberhasilan dakwah, dan beliau menyatakan bahwa dengan jama’ah inilah akan menentukan eksistensi dakwah Islam. Pada peristiwa perang Badar Rasulullah SAW bermunajat kepada Allah Ta’ala yang diriwayatkan oleh Umar Ibn Khaththab: Pada waktu perang Badar.. lalu Nabi SAW menghadap kiblat, kemudian menjulurkan tangannya seraya berdo’a kepada Rabb-nya, “Ya Allah, jika kelompok dari orang-orang islam ini hancur, maka engkau engkau tidak akan disembah di muka bumi.”

Penegakan jama’ah inilah yang harus banyak mendapat perhatian dari para da’i. Karena itu para Da’i harus mengorbankan segala sesuatu untuk mewujudkan jama’ah ini, dengan mengesampingkan yang lain dalam upaya memelihara eksistensi dan kesatuan ummat Islam.
Para pemikir Islam pada masa sekarang ini telah sepakat atas wajibnya penegakan jama’ah ini.

Al-Maududi mengatakan, “Diantara sunnah-sunnah Allah Ta’ala diatas bumi ini ialah, bahwa dakwah (Islam) harus diperjuangkan oleh orang-orang yang senantiasa memeliharanya dan mengatur urusannya.”

Hasan al-Banna mengatakan “Dakwah ini wajib dibawa oleh suatu jama’ah yang mempercayainya dan berjihad di jalan-Nya.”

Sayyid Quthb mengatakan, “Bagaimana proses kebangkitan Islam dimulai? Sesungguhnya ia memerlukan golongan perintis yang menegakkan kewajiban ini.”

Sa’id Hawwa mengatakan, “Satu-satunya penyelesaian ialah harus tegak jama’ah.”

Fathi Yakan mengatakan, “Rasulullah SAW tidak pernah sama sekali mengandalkan kepada kerja individual, tetapi sejak awal beliau menganjurkan penegakan jama’ah.”

Wallahu'alam bish-showab [IA]

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home