Lembar Dakwah LABBAIK

Saturday, January 19, 2008

MENJADIKAN HIDUP LEBIH HIDUP

MENJADIKAN HIDUP LEBIH HIDUP
DENGAN MENJADI HAMBA YANG BERMANFAAT


Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. "Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain". (H.R. Bukhari)

Hadist di atas mungkin bukan sesuatu yang asing atau baru pertama kali di baca atau didengar oleh telinga kita. Hadist yang cukup populer yang kemudian mengingatkan kita kembali sebagai hamba-Nya yang yang suatu saat nanti akan dimintai pertanggungjawabannya, bagaimana kita memanfaatkan dan menginvestasikan waktu kita selama di dunia ini. Pernyataan berikutnya adalah apakah kita sudah memahami dan kemudian melakukan action (tindakan/ mengamalkannya) serta apakah kita sudah menjadi orang yang benyak memberi manfaat kepada orang lain? Hadis ini seakan mengatakan bahwa jika ingin mengukur sejauhmana derajat kemuliaan akhlak kita, maka ukurlah sejauhmana nilai manfaat diri ini. Kalau mengutip apa yang dikatakan Emha Ainun Nadjib, kita perlu menanyakan pada diri sendiri apakah kita termasuk kategori manusia wajib, sunnah, mubah, makruh, atau malah manusia haram?

Manusia wajib ditandai dengan keberadaannya akan sangat dirindukan, sangat bermanfaat, bahkan perilakunya membuat hati orang di sekitarnya tercuri. Tanda-tanda yang nampak dari seorang manusia wajib di antaranya, dia seorang pemalu yang jarang mengganggu orang lain, sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku kebaikan lebih nampak dalam kesehariannya. Ucapannya senantiasa terpelihara, tidak berbicara hal yang sia-sia, sehingga lebih banyak berbuat daripada hanya berbicara. Manusia wajib, kehadirannya akan penuh manfaat, dan ketidakhadirannya akan membuat orang-orang di sekitarnya merasa kehilangan. Begitulah kurang lebih perwujudan akhlak yang baik, ia hanya akan lahir dari semburat kepribadian yang baik pula. Selain itu, ciri lain manusia wajib, yaitu sedikit kesalahannya. Ia tidak suka mencampuri hal-hal yang bukan urusannya. Ia sangat menikmati ketika memberikan kebaikan bagi orang lain. Hari-harinya tidak lepas dari menjaga silaturahmi, sikapnya penuh wibawa, penyabar, selalu berterima kasih, penyantun, lemah lembut, pandai mengendalikan diri, serta penuh kasih sayang.

Manusia yang sunnah, ditunjukkan dengan "keberadaannya memberi manfaat, namun ketidakhadirannya tidak membuat kita kehilangan". Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena ketulusan amalnya belum dari lubuk hati yang paling dalam. Hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti halnya kalau kita 1 saja. Tidak memberi manfaat, tetapi juga tidak membawa mudharat.

Adapun orang yang makruh, keberadaannya akan membawa mudharat dan ketiadaannya tidak akan memberi pengaruh apa pun. Maksudnya, kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tidak senang. Orang yang bertipe haram, keberadaannya malah dianggap menjadi musibah, sedangkan ketiadaannya justru disyukuri. Disaat dia berangkat kerja, justru perlengkapan kantor banyak yang hilang. Maka ketika orang ini dipecat, semua karyawan yang ada malah mensyukurinya.

Sebagai sebuah analogi, kita mungkin sudah tahu filosofi dari tanaman nyiur/kelapa. Hampir semua bagian tanamannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan kita. Daun kelapa yang masih muda dapat dijadikan sayur yang nikmat, kemudian setelah tua dapat diambil otot/lidinya untuk dijadikan sapu lidi menjaga kebersihan. Pelepah daun bagi sebagian masyarakat dijadikan bahan bakar. Buahnya juga dapat dimanfaatkan sebagai minuman yang menyegarkan dan menjadi pelengkap masakan untuk menghadirkan hidangan yang lezat. Bagian yang lain yaitu pohon kelapa, banyak digunakan sebagai bahan bangunan/ rumah untuk tempat tinggal atau berteduh. Subhanallah, andaikan sepanjang kehidupan kita bagaikan tanaman kelapa (nilai kemanfaatan kita), mulai dari langkah kaki kita, tangan kita, ucapan kita, tenaga kita bisa memberi manfaat kepada sesama (tentunya disertai ibadah dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT), niscaya kita termasuk dalam kriteria hamba yang baik.

Dalam realita (kenyataan) kita hidup di tengah-tengah masyarakat sangat tepat apabila nilai-nilai kemanfaatan kita diterapkan. Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga diinfakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri. Sehingga segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.

Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, maka ia tidak akan pernah tercatat dan tergores dalam hati orang lain. Keberadaan dan kepergiannya tidak akan ditangisi atau dirindui kedatangannya.

Rasulullah pernah menyatakan: "Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya dan seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".

Permasalahannya sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu, bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya. Adapun resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :

Secara lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur. Secara spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:

1. Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan agama.
2. Kedua : Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
3. Suka memberi. Sabda Nabi yang artinya : "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)

Kehidupan Rasulullah SAW adalah kehidupan yang selalu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai hambanya untuk selalu berusaha menjadi bermanfaat. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (duniawi) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh aktivitasnya.

Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa aktivitas kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat beraktivitas berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala. Alangkah ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya. [A].

Maraji : Al Quran Al Kariim
www.pikiran rakyat.com


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home