Lembar Dakwah LABBAIK

Friday, February 16, 2007

RAMALAN

RAMALAN
Sebuah kehidupan jahiliyah

Barang siapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari. (HR. Muslim)


Tentu kita tidak asing lagi mendengar kata ramalan, kata itu sering kali muncul ditengah-tengah kita. Baik itu melalui media koran maupun media televisi. Ramalan bintang, ramalan jodoh, ramalan awal tahun, ramalan tangan, dan masih banyak ramalan-ramalan yang lainnya. Semua itu hampir merasuk kepada seluruh lapisan masyarakat kita, baik tua maupun muda.

Perlu kita kaji ulang pemahaman kita mengenai ramalan ini, karena ini permasalahan yang harus kita perhatikan, dimana permasalahan ini berada ditengah-tengah kita yang bisa merusak hubungan kita sebagai kaum muslimin dengan Allah Ta’ala.

Ramalan

Ar Raml adalah cara mencari barang yang hilang dengan cara membuat garis-garis di atas pasir/tanah. Termasuk dalam kategori ini adalah ramalan bintang/astrologi, yang dalam agama dikenal dengan istilah tanjim. Perbuatan ini termasuk dalam kategori sihir dan dajl (kebohongan besar). Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan tambahan yang dikutip”. HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad

Orang yang mempelajari aspek perbintangan bisa menghantarkan kepada kekufuran, seperti mengklaim ilmu ghaib. Hal ini termasuk sihir dan syirik, sebab tidak ada yang mengetahui alam gaib selain Allah Ta’ala.

Sedangkan orang yang mempelajari jarak bintang, posisi, ukuran besar, daerah edarnya dan semacamnya, yang bisa diketahui dengan pengamatan, teleskop dan semacamnya yang dikenal dengan ilmu falak (astronom) tidak termasuk dalam kategori ramalan. Sebab ilmu ini memiliki dasar kaidah dan sarananya.

Dukun atau Peramal

Syeikh Abdurrahman bin Hasan Ali mengatakan, Dukun (al Kahin) ialah orang-orang yang mengambil perkara ghaib. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah bahwa al kahin, al Arrof, dan al Munajjim (peramal bintang) adalah tiga kata yang sama artinya, yaitu orang-orang yang memberitakan hal ghaib untuk memberikan sesuatu yang akan terjadi, atau menunjukkan barang yang dicari. Mereka mengetahui ilmu gaib, baik tentang masa datang atau yang ada pada hati manusia, baik dengan cara berhubungan dengan jin, atau melihat (mengamati) atau dengan menggaris-garis di pasir, atau membaca telapak tangan, lepek (tatakan gelas) atau benda lainnya.

Para dukun menggunakan jasa para jin untuk membuat dirinya serba tahu, tentu saja dengan prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi agar jin tersebut mengabulkannya. Baik itu kepatuhan dia kepada jin sampai tunduk sujud dihadapan jin tersebut. Sungguh ini sangat menghinakan manusia, bukankan Allah Ta’ala memerintahkan golongan jin untuk bersujud kepada Adam as. dalam rangka menghormati dan memuliakan Adam as. serta sebagai bukti kepatuhannya kepada Allah. ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah [2] : 34)

“Barangsiapa mendatangi Kahin (dukun) lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW. HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan Ad Darimiy.

“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan pada beberapa jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. al Jin [72] : 6).

Jin (setan) mendapatkan kabar dari langit dengan cara mencuri dengar pembicaraan dari langit yang disampaikan kepada malaikat. Setelah jin (setan) tersebut mendapatkan beritanya lantas ia memberitahu kepada para dukun kemudian mereka membubuhinya dengan seratus kebohongan.

Dinegeri inipun dukun atau peramal menjadi sebuah pekerjaan, dengan meramal seseorang dapat meraih keuntungan (uang) yang besar. Bahkan diantaranya ada yang yang menjadi selebritis, setiap ada suatu peristiwa pasti tidak luput dari sorotan kamera untuk mengungkapkan ramalan-ramalannya. Dan anehnya media yang notabene dekat dengan tehnologi (orang yang didalamnya mempunyai pengetahuan yang lebih) sangat mendukung akan hal itu. Secara rasional akalpun akan terlihat aneh. Manusia yang terpelajar masih mengandalkan ramalan sebagai referensi dalam menentukan sikap, bmeskipun ramalan itu tidak jelas kebenaran maupun asal-usulnya. Untuk meyakinkan profesinya biasanya dukun atau tukang ramal banyak menggunakan nama-nama tertentu, seperti, ahli hikmah, paranormal, ahli pengobatan mujarab, ahli petunjuk ghaib dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai dukun atau peramal ini. “Dari ‘Aisyah ra., ia berkata : Ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang dukun, kemudian beliau menjawab : “Bukan apa-apa.” Mereka berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kadang-kadang ia menceritakan sesuatu dan sesuatu itu benar-benar terjadi.” Kemudian Rasulullah saw. Bersabda : “Kalimat itu termasuk hak (benar), dan dicuri oleh makhluk sebangsa jin kemudian disampaikan kepada telinga dukun, kemudian dukun itu mencampur-adukkanya dengan seratus kebohongan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Golongan jin (setan) punya maksud untuk membuat manusia lalai dari mengingat Allah Ta’ala. Manusia lebih membutuhkan jin dari pada Robbnya sendiri yang telah menciptakannya sebagai penolong. Manusia lebih percaya kepada makhluk yang lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan manusia.mereka lebih memilih kebohongan dari peramal dari pada petunjuk yang yang paling benar yaitu al Qur’an dan as Sunah. ”Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami." Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)." Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am [6] : 128)

Minta Diramal

Minta diramal kemudian mempercayai ramalan tersebut adalah suatu budaya jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai Islam. Misalnya minta diramalkan akan jodoh, pekerjaan, kesehatan, serta keuangan. Saat ini memang sangat mudah mendapatkan ramalan tentang diri seseorang, banyak media yang menampilkan ramalan bintang disana. Jadi tidak usah susah-susah datang keseorang peramal, kita hanya membeli koran saja atau kirim SMS maka kita dengan segera mendapatkan ramalan yang kita inginkan. Dengan adanya kemudahan ini maka akan banyak sekali manusia terutama umat islam masuk dalam perangkap-perangkap yang disiapkan oleh setan untuk menyesatkan manusia.

Dari Shafiyyah binti Abu Ubaid dari salah satu seorang istri Nabi saw., beliau bersabda : ” Barang siapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)

Demikian ini keadaan orang yang mendatangi dukun. Bagaimana dengan yang ditanya (dukunnya)? Perbuatan demikian dilarang dalam Islam dan dianggap kufur terhadap ajaran yang diturunkan kepada Muhammad saw, karena dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah Ta’ala.

Ramalan Nubuwwah

Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui hal ghaib dan memberitahukannya kepada orang yang dikehendakiNya, yaitu para nabi dan rasul. Nabi yusuf as. dikaruniai Allah Ta’ala berupa menafsir mimpi sehingga nabi yusuf as. Menyelamatkan negerinya yang terancam kekurangan pangan. Nabi Muhammad saw juga mendapatkan berita dari Allah Ta’ala. Rasulullah pernah memberitakan bahwa suatu saat Romawi dan Persi akan mampu ditaklukkan oleh umat islam. Berita tersebut beliau katakan ketika menghadapi orang kafir pada perang parit, sehingga membuat optimis pasukan muslim. Dan masih banyak berita berita ghaib yang lain, misalnya pada akhir jaman akan turun dajjal serta imam mahdi, matahari terbit dari barat. Sebagai mana firman Allah : “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. al Jin [72] : 26-27)

Pola perdukunan yang dilakukan pada masa Jahiliyah terbagi dalam tiga macam, yaitu :
1. Bekerja sama dengan jin, yang memberikan informasi kepada dukun itu, setelah jin mencuri informasi dari langit.
2. Memberitahukan sesuatu yang diketahui dan pernah terjadi di wilayah lain, kepada orang yang bertanya sesuatu kepadanya.
3. Munajjim, dengan menggunakan bintang-bintang.

Allah Ta’ala menciptakan bintang-bintang dilangit sebagaimana yang dikabarkan dalam al Qur’an adalah sebagai dasar penentuan arah mata angin, petunjuk bagi musafir dalam menentukan posisi tujuan perjalanan, sebagai hiasan dilangit, dan untuk melempar setan-setan yang mencuri berita di langit. ”Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. al Mulk [65] : 5)

Sikap Kita Terhadap Ramalan

Kita hendaknya sejauh mungkin menjauh dari masalah yang dapat menyebabkan kerusakan hati kita, kerusakan keislaman kita dari perilaku-perilaku dosa besar seperti halnya ramalan. Kekuatan aqidah seorang muslimlah yang menjadi dasar agar terhindar dari perilaku tersebut. Kita hendaknya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan memperbanyak amal ibadah, serta memperbanyak ilmu keislaman agar kita tidak terperosok kepada jalan yang membuat kita tergelincir dari jalan-Nya.

Hendaknya diantara kaum muslimin ada budaya saling menasehati antara satu dengan yang lain. Apabila saudara kita masuk kedalam perilaku yang berkaitan dengan ramalan (khususnya) maka kita berkewajiban mengingatkannya.

Kita hendaknya punya upaya untuk mengurangi perilaku yang berkaitan dengan ramalan dengan memboikot produk-produk yang berkaitan dengan ramalan tersebut. Tidak membeli barang yang ada simbol ramalan bintang, menyampaikan kritikan serta masukan kepada pengelola media massa, dan lain sebagainya. Semua itu demi upaya menjauhkan kita dan kaum muslimin dari praktik-praktik yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab. [IA]

Maroji’ :
Riyadhus Shalihin
Pengantar Studi Aqidah Islam
Studi Islam 2
Materi Tarbiyah

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home