Lembar Dakwah LABBAIK

Friday, February 23, 2007

ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA


“Pada hari ini,telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(QS. Al Maidah 5: 3)


Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah SWT memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda (furqan) antara seorang muslim dengan musyrikin. Nikmat Islam merupakan kunci surga Allah, yang di dalamnya terdapat banyak sekali kenikmatan abadi yang tiada habisnya, di mana setiap muslim dijamin oleh Allah akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya, apabila menerapkan Islam secara kaffah dalam hidupnya. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah 2: 208)

Islam memiliki sifat-sifat dasar yaitu kesempurnaan, penuh nikmat, diridhai dan sesuai dengan fitrah. Sebagai agama, sifat-sifat ini dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan pengikutnya dan penganutnya tenang, selamat dan bahagia dalam menjalani hidup. Muslim menjadi selamat karena Islam diciptakan sebagai diin yang sempurna. Ketenangan yang dirasakan seorang muslim karena Allah memberikan segenap rasa nikmat kepada penganut Islam, kemudian kepada mereka yang mengamalkan Islam karena sesuai dengan fitrahnya. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum 30: 30)

Syumuliyatul Islam

Islam merupakan agama yang sempurna berarti lengkap, menyeluruh dan mencakup segala hal yang diperlukan bagi panduan hidup manusia. Sebagai petunjuk/ pegangan dalam hidupnya, sehingga dapat menjalani hidup dengan baik, teratur dan sejahtera, mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Islam adalah sistem yang menyeluruh, mencakup seluruh sisi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Ia adalah aqidah yang lurus, ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih. Syumul (universalitas) merupakan salah satu karakter Islam yang sangat istimewa jika dibandingkan dengan syariah dan tatanan buatan manusia, baik komunisme, kapitalisme, demokrasi maupun yang lainnya. Universalitas Islam meliputi waktu, tempat dan seluruh bidang kehidupan. Ulama besar Mesir asy syahid Hasan Al Banna berkata “Risalah Islam mempunyai jangkauan yang sangat lebar sehingga berlaku bagi seluruh umat, dan jangkauan yang sangat dalam sehingga mencakup seluruh urusan dunia dan akhirat.”

Kesempurnaan Islam ini ditandai dengan syumuliyatuz zaman (sepanjang masa), syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) dan syumuliyatul makan (semua tempat).
1. Islam sebagai syumuliyatuz zaman (sepanjang masa) adalah agama masa lalu, hari ini dan sampai akhir zaman nanti. Sebagaimana Islam merupakan agama yang pernah Allah sampaikan kepada para Nabi terdahulu, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: “Sembahlah Allah dan jauhilah Thaghut.” (QS. An Nahl 16: 36). Kemudian disempurnakan oleh Allah melalui risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan risalah dan nabi penutup. Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dilaksanakan sepanjang masa untuk seluruh umat manusia hingga hari kiamat. “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ 34: 28)
2. Islam sebagai syumuliyatul minhaj (mencakup semuanya) melingkupi beberapa aspek lengkap yang terdapat dalam Islam itu sendiri, misalnya jihad dan da’wah (sebagai penyokong/ penguat Islam), akhlaq dan ibadah (sebagai bangunan Islam) dan aqidah (sebagai asas Islam). Aspek-aspek ini menggambarkan kelengkapan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran 3: 19)
3. Islam sebagai syumuliyatul makan (semua tempat) karena Allah menciptakan manusia dan alam semesta ini sebagai satu kesatuan. Pencipta alam ini hanya Allah saja. Karena berasal dari satu pencipta, maka semua dapat dikenakan aturan dan ketentuan kepada-Nya. Firman Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan dan pencipta alam semesta: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al Baqarah 2: 163-164)

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Aqidah

Aqidah Islam adalah aqidah yang lengkap dari sudut manapun. Islam mampu menjelaskan persoalan-persoalan besar kehidupan ini. Aqidah Islam mampu dengan jelas menerangkan tentang Tuhan, manusia, alam raya, kenabian, dan bahkan perjalanan akhir manusia itu sendiri.

Islam tidak hanya ditetapkan berdasarkan instink/ perasaan atau logika semata, tetapi aqidah Islam diyakini berdasarkan wahyu yang dibenarkan oleh perasaan dan logika. Iman yang baik adalah iman yang muncul dari akal yang bersinar dan hati yang bercahaya. Dengan demikian, aqidah Islam akan mengakar kuat dan menghujam dalam diri seorang muslim. Meyakini secara benar bahwa tiada Tuhan selain Allah dengan meyakini dalam hati, mengucapkan secara lisan dan dibuktikan dengan mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

Aqidah Islam adalah aqidah yang tidak bisa dibagi-bagi. Iman seorang mu’min adalah iman 100% tidak bisa 99% iman, 1% kufur. “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah 2: 85).

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Ibadah

Ibadah dalam Islam menjangkau keseluruhan wujud manusia secara penuh. Seorang muslim beribadah kepada Allah dengan lisan, fisik, hati, akal, dan bahkan kekayaannya. Lisannya mampu bedzikir, berdoa, tilawah, amar ma’ruf nahi munkar. Fisiknya mengiringi dengan berdiri, ruku’ dan sujud, puasa dan berbuka, berjihad dan berolah raga, membantu mereka yang membutuhkan. Hatinya beribadah dengan rasa takut (khauf), berharap (raja’), cinta (mahabbah) dan bertawakal kepada Allah. Ikut berbahagia atas kebahagiaan sesama, dan berbela sungkawa atas musibah sesama. Akalnya beribadah dengan berfikir dan merenungkan kebesaran dan ciptaan Allah. Hartanya diinfakkan untuk pembelanjaan yang dicintai dan diperintahkan Allah serta membawa kemaslahatan bersama.

Maha Suci Allah yang telah mengatur segala sesuatunya dengan baik dan menenteramkan. Seluruh aktivitas seorang muslim akan bernilai ibadah di mata Allah, apabila dijalankan dengan ikhlas dan diniatkan hanya untuk mengharap ridha-Nya. Sehingga kita patut mencontoh Rasulullah SAW dan para sahabat yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan (ibadah), karena mereka yakin bahwa Allah akan membalasnya dengan limpahan pahala dan sesuatu yang jauh lebih baik di dunia maupun di akhirat (jannah).

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Akhlaq

Akhlaq Islam memberikan sentuhan kepada seluruh sendi kehidupan manusia dengan optimal. Akhlaq Islam menjangkau ruhiyah, fisik, agama, duniawi, logika, perasaan, keberadaannya sebagai wujud individu, atau wujudnya sebagai elemen komunal (masyarakat).

Akhlaq Islam meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pribadi, seperti kewajiban memenuhi kebutuhan fisik dengan makan dan minum yang halalan thoyiban serta menjaga kesehatan, seruan agar manusia mempergunakan akalnya untuk berfikir akan keberadaan dan kekuasaan Allah, seruan agar manusia membersihkan jiwanya, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams 91: 9-10).

Hal-hal yang berkaitan dengan keluarga, seperti hubungan suami istri dengan baik, hubungan anak dan orang tua, hubungan dengan kerabat dan sanak saudara. Semuanya diajarkan dalam Islam untuk saling berkasih sayang dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

Hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, seperti seruan untuk memuliakan tamu dan etika bertamu, mengajarkan bahwa tetangga merupakan keluarga dekat, hubungan muamalah yang baik dengan saling menghormati, seruan untuk berjual beli dengan adil, dsb. Menjadikan umat manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis.

Kesempurnaan Islam juga mengatur pada akhlaq Islam yang berkaitan dengan menyayangi binatang, tidak menyakiti dan membunuhnya tanpa alasan. Akhlaq Islam yang berkaitan dengan alam raya, sebagai obyek berfikir, merenung dan belajar, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali ‘Imran 3: 190), sebagai sarana berkarya dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Lebih dari itu semua adalah akhlaq muslim kepada Allah SWT, Pencipta, dan Pemberi nikmat, dengan bertahmid, bersyukur, berharap (raja’), dan takut (khauf) terpinggirkan apalagi dijatuhi hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.

Kelengkapan Ajaran Islam Di Bidang Hukum/ Syariah

Syariah Islam tidak hanya mengurus individu tanpa memperhatikan masyarakatnya, atau masyarakat tanpa memperhatikan individunya. Syariah Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ada aturan ibadah, yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Ada halal dan haram (bahaya-berguna) yang mengatur manusia dengan dirinya sendiri. Ada hukum keluarga, nikah, thalaq, nafkah, persusuan, warisan, perwalian, dsb. Ada aturan bermasyarakat, seperti: jual beli, hutang-piutang, pengalihan hak, kafalah, dsb. Ada aturan tentang tindak kejahatan, minuman keras, zina, pembunuhan, dsb.

Dalam urusan negara ada aturan hubungan negara terhadap rakyatnya, loyalitas ulil amri (pemerintah) yang adil dan bijaksana, bughot (pemberontakan), hubungan antar negara, pernyataan damai atau perang, dsb. Untuk mewujudkan negara yang adil dan sejahtera sesuai dengan tatanan hidup Islam, maka syariah Islam harus diterapkan secara kaffah dalam kehidupan bernegara.

Kelengkapan Ajaran Islam Dalam Seluruh Aspek Kehidupan

Islam adalah agama yang sempurna. Salah satu bukti kesempurnaannya adalah Islam mencakup seluruh peraturan dan segala aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu Islam sangat sesuai dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antara kelengkapan Islam yang digambarkan dalam Al Qur’an adalah mencakup konsep keyakinan (aqidah), moral, tingkah laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, hukum/ perundang-undangan (syariah).

Kesempurnaan Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dan merupakan satu-satunya diin yang diridhai Allah SWT menjadikannya satu-satunya agama yang benar dan tak terkalahkan. “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS. At Taubah 9: 33).

Beruntunglah bagi setiap manusia yang diberikan hidayah oleh Allah SWT untuk dapat merasakan nikmat berislam dan menjauhkannya dari kesesatan hidup jahiliyah. Rawat dan jagalah nikmat iman dan Islam dengan tarbiyah Islamiyah serta menerapkan Islam secara kaffah, sehingga terwujud kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

Wallahu a’lam bishshowab. [UM]

Maroji’:
Al Qur’an, Madah Tarbiyah, Syarah Ushul ‘Isyrin, Minhajul Muslim.

Friday, February 16, 2007

RAMALAN

RAMALAN
Sebuah kehidupan jahiliyah

Barang siapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari. (HR. Muslim)


Tentu kita tidak asing lagi mendengar kata ramalan, kata itu sering kali muncul ditengah-tengah kita. Baik itu melalui media koran maupun media televisi. Ramalan bintang, ramalan jodoh, ramalan awal tahun, ramalan tangan, dan masih banyak ramalan-ramalan yang lainnya. Semua itu hampir merasuk kepada seluruh lapisan masyarakat kita, baik tua maupun muda.

Perlu kita kaji ulang pemahaman kita mengenai ramalan ini, karena ini permasalahan yang harus kita perhatikan, dimana permasalahan ini berada ditengah-tengah kita yang bisa merusak hubungan kita sebagai kaum muslimin dengan Allah Ta’ala.

Ramalan

Ar Raml adalah cara mencari barang yang hilang dengan cara membuat garis-garis di atas pasir/tanah. Termasuk dalam kategori ini adalah ramalan bintang/astrologi, yang dalam agama dikenal dengan istilah tanjim. Perbuatan ini termasuk dalam kategori sihir dan dajl (kebohongan besar). Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan tambahan yang dikutip”. HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad

Orang yang mempelajari aspek perbintangan bisa menghantarkan kepada kekufuran, seperti mengklaim ilmu ghaib. Hal ini termasuk sihir dan syirik, sebab tidak ada yang mengetahui alam gaib selain Allah Ta’ala.

Sedangkan orang yang mempelajari jarak bintang, posisi, ukuran besar, daerah edarnya dan semacamnya, yang bisa diketahui dengan pengamatan, teleskop dan semacamnya yang dikenal dengan ilmu falak (astronom) tidak termasuk dalam kategori ramalan. Sebab ilmu ini memiliki dasar kaidah dan sarananya.

Dukun atau Peramal

Syeikh Abdurrahman bin Hasan Ali mengatakan, Dukun (al Kahin) ialah orang-orang yang mengambil perkara ghaib. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah bahwa al kahin, al Arrof, dan al Munajjim (peramal bintang) adalah tiga kata yang sama artinya, yaitu orang-orang yang memberitakan hal ghaib untuk memberikan sesuatu yang akan terjadi, atau menunjukkan barang yang dicari. Mereka mengetahui ilmu gaib, baik tentang masa datang atau yang ada pada hati manusia, baik dengan cara berhubungan dengan jin, atau melihat (mengamati) atau dengan menggaris-garis di pasir, atau membaca telapak tangan, lepek (tatakan gelas) atau benda lainnya.

Para dukun menggunakan jasa para jin untuk membuat dirinya serba tahu, tentu saja dengan prasyarat-prasyarat yang harus dipenuhi agar jin tersebut mengabulkannya. Baik itu kepatuhan dia kepada jin sampai tunduk sujud dihadapan jin tersebut. Sungguh ini sangat menghinakan manusia, bukankan Allah Ta’ala memerintahkan golongan jin untuk bersujud kepada Adam as. dalam rangka menghormati dan memuliakan Adam as. serta sebagai bukti kepatuhannya kepada Allah. ”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah [2] : 34)

“Barangsiapa mendatangi Kahin (dukun) lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW. HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan Ad Darimiy.

“Dan bahwasannya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan pada beberapa jin. Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. al Jin [72] : 6).

Jin (setan) mendapatkan kabar dari langit dengan cara mencuri dengar pembicaraan dari langit yang disampaikan kepada malaikat. Setelah jin (setan) tersebut mendapatkan beritanya lantas ia memberitahu kepada para dukun kemudian mereka membubuhinya dengan seratus kebohongan.

Dinegeri inipun dukun atau peramal menjadi sebuah pekerjaan, dengan meramal seseorang dapat meraih keuntungan (uang) yang besar. Bahkan diantaranya ada yang yang menjadi selebritis, setiap ada suatu peristiwa pasti tidak luput dari sorotan kamera untuk mengungkapkan ramalan-ramalannya. Dan anehnya media yang notabene dekat dengan tehnologi (orang yang didalamnya mempunyai pengetahuan yang lebih) sangat mendukung akan hal itu. Secara rasional akalpun akan terlihat aneh. Manusia yang terpelajar masih mengandalkan ramalan sebagai referensi dalam menentukan sikap, bmeskipun ramalan itu tidak jelas kebenaran maupun asal-usulnya. Untuk meyakinkan profesinya biasanya dukun atau tukang ramal banyak menggunakan nama-nama tertentu, seperti, ahli hikmah, paranormal, ahli pengobatan mujarab, ahli petunjuk ghaib dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai dukun atau peramal ini. “Dari ‘Aisyah ra., ia berkata : Ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw. Tentang dukun, kemudian beliau menjawab : “Bukan apa-apa.” Mereka berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kadang-kadang ia menceritakan sesuatu dan sesuatu itu benar-benar terjadi.” Kemudian Rasulullah saw. Bersabda : “Kalimat itu termasuk hak (benar), dan dicuri oleh makhluk sebangsa jin kemudian disampaikan kepada telinga dukun, kemudian dukun itu mencampur-adukkanya dengan seratus kebohongan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Golongan jin (setan) punya maksud untuk membuat manusia lalai dari mengingat Allah Ta’ala. Manusia lebih membutuhkan jin dari pada Robbnya sendiri yang telah menciptakannya sebagai penolong. Manusia lebih percaya kepada makhluk yang lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan manusia.mereka lebih memilih kebohongan dari peramal dari pada petunjuk yang yang paling benar yaitu al Qur’an dan as Sunah. ”Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami." Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)." Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am [6] : 128)

Minta Diramal

Minta diramal kemudian mempercayai ramalan tersebut adalah suatu budaya jahiliyah yang jauh dari nilai-nilai Islam. Misalnya minta diramalkan akan jodoh, pekerjaan, kesehatan, serta keuangan. Saat ini memang sangat mudah mendapatkan ramalan tentang diri seseorang, banyak media yang menampilkan ramalan bintang disana. Jadi tidak usah susah-susah datang keseorang peramal, kita hanya membeli koran saja atau kirim SMS maka kita dengan segera mendapatkan ramalan yang kita inginkan. Dengan adanya kemudahan ini maka akan banyak sekali manusia terutama umat islam masuk dalam perangkap-perangkap yang disiapkan oleh setan untuk menyesatkan manusia.

Dari Shafiyyah binti Abu Ubaid dari salah satu seorang istri Nabi saw., beliau bersabda : ” Barang siapa datang kepada tukang ramal kemudian menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari.” (HR. Muslim)

Demikian ini keadaan orang yang mendatangi dukun. Bagaimana dengan yang ditanya (dukunnya)? Perbuatan demikian dilarang dalam Islam dan dianggap kufur terhadap ajaran yang diturunkan kepada Muhammad saw, karena dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah Ta’ala.

Ramalan Nubuwwah

Hanya Allah Ta’ala yang mengetahui hal ghaib dan memberitahukannya kepada orang yang dikehendakiNya, yaitu para nabi dan rasul. Nabi yusuf as. dikaruniai Allah Ta’ala berupa menafsir mimpi sehingga nabi yusuf as. Menyelamatkan negerinya yang terancam kekurangan pangan. Nabi Muhammad saw juga mendapatkan berita dari Allah Ta’ala. Rasulullah pernah memberitakan bahwa suatu saat Romawi dan Persi akan mampu ditaklukkan oleh umat islam. Berita tersebut beliau katakan ketika menghadapi orang kafir pada perang parit, sehingga membuat optimis pasukan muslim. Dan masih banyak berita berita ghaib yang lain, misalnya pada akhir jaman akan turun dajjal serta imam mahdi, matahari terbit dari barat. Sebagai mana firman Allah : “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. al Jin [72] : 26-27)

Pola perdukunan yang dilakukan pada masa Jahiliyah terbagi dalam tiga macam, yaitu :
1. Bekerja sama dengan jin, yang memberikan informasi kepada dukun itu, setelah jin mencuri informasi dari langit.
2. Memberitahukan sesuatu yang diketahui dan pernah terjadi di wilayah lain, kepada orang yang bertanya sesuatu kepadanya.
3. Munajjim, dengan menggunakan bintang-bintang.

Allah Ta’ala menciptakan bintang-bintang dilangit sebagaimana yang dikabarkan dalam al Qur’an adalah sebagai dasar penentuan arah mata angin, petunjuk bagi musafir dalam menentukan posisi tujuan perjalanan, sebagai hiasan dilangit, dan untuk melempar setan-setan yang mencuri berita di langit. ”Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. al Mulk [65] : 5)

Sikap Kita Terhadap Ramalan

Kita hendaknya sejauh mungkin menjauh dari masalah yang dapat menyebabkan kerusakan hati kita, kerusakan keislaman kita dari perilaku-perilaku dosa besar seperti halnya ramalan. Kekuatan aqidah seorang muslimlah yang menjadi dasar agar terhindar dari perilaku tersebut. Kita hendaknya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan memperbanyak amal ibadah, serta memperbanyak ilmu keislaman agar kita tidak terperosok kepada jalan yang membuat kita tergelincir dari jalan-Nya.

Hendaknya diantara kaum muslimin ada budaya saling menasehati antara satu dengan yang lain. Apabila saudara kita masuk kedalam perilaku yang berkaitan dengan ramalan (khususnya) maka kita berkewajiban mengingatkannya.

Kita hendaknya punya upaya untuk mengurangi perilaku yang berkaitan dengan ramalan dengan memboikot produk-produk yang berkaitan dengan ramalan tersebut. Tidak membeli barang yang ada simbol ramalan bintang, menyampaikan kritikan serta masukan kepada pengelola media massa, dan lain sebagainya. Semua itu demi upaya menjauhkan kita dan kaum muslimin dari praktik-praktik yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab. [IA]

Maroji’ :
Riyadhus Shalihin
Pengantar Studi Aqidah Islam
Studi Islam 2
Materi Tarbiyah

RITUAL KASIH SAYANG


Boleh jadi tanggal 14 Februari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari Valentine, Valentine's day atau hari kasih sayang adalah sebuah tradisi bagi kaum muda-mudi yang biasa diperingati di berbagai negara yang secara realitanya bukan hanya remaja dan ABG (Anak Baru Gede) saja, tapi mereka yang sudah berkeluarga pun ikut memeriahkannya dengan berbagai cara serta keunikan tersendiri dalam mengungkapkan sebuah arti kasih sayang. Biasanya mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling bertukar hadiah dengan pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah "hari kasih sayang". Benarkah demikian?

Sejarah Valentine's Day

Kristen Katholik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (Lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (Lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa "St. Valentine" termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (Lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Lalu bagaimana dengan ucapan "be my Valentine?" Ken Sweiger dalam artikel "Should Biblical Christians Observe It?" (www.korrnet.org) mengatakan kata "Valentine" berasal dari Latin yang berarti: "Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa." Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi "to be my Valentine", hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi "Sang Maha Kuasa") dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod "The Hunter" dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!

Saudaraku, itulah sejarah Valentine's day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan "kasih sayang", lalu kenapa kita masih juga menyambut hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?

Hukum Merayakan Hari Valentine

Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara aqidah, ibadah, syi'ar dan akhlaq. Padahal Rasul SAW telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam : "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).

Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine's Day mengatakan: "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena;

Pertama: Ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
Kedua: Ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan tuntutan Agama. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.

Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya membaca, "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 6-7).

Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya: "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al-Mujadilah: 22).

Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.

Ingat! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.

Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tetapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita, sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.

Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami, dan lain sebagainya, tetapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Kasih Sayang dalam Islam

Firman Allah SWT: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sesungguhnya orang mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paing bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13).

Sebenarnya dalam Islam tidak mengenal Hari Kasih Sayang, kasih sayang dalam Islam terhadap sesama tidaklah terbatas dengan waktu dan di manapun berada, baik untuk keluarga, kerabat, dan sahabat yang semuanya masih dalam koridor-koridor agama Islam itu sendiri. Nabi SAW bersabda: "Tidaklah beriman seseorang diantara kamu, hingga kamu mencintai saudaramu seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (HR. Bukhari).

Islam sangat melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat dari tiga hari." (HR. Muslim).

Di sini jelas bahwa kita dianjurkan sekali untuk saling menjaga dan menghargai antar sesama sebagai tanda kasih sayang yang mesti dihormati. Hal ini untuk menghindari berbagai keburukan serta dapat mengenal antar sesama untuk memperkuat dan menjaga tali persaudaraan. Dalam hadits Nabi SAW: "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka, laksana satu tubuh. Apabila sakit satu anggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah kesakitan itu pada semua anggota tubuh itu dengan menimbulkan insomnia (tidak bisa tidur) dan demam (panas dingin)." (HR. Muslim).

Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Baihaqi melalui Anas ra. Nabi bersabda : "Tidak akan masuk Surga kecuali orang yang penyayang", jadi jelas bahwa yang masuk Surga itu hanyalah orang-orang yang mempunyai rasa kasih sayang yang tanpa dibarengi dengan niat-niat jelek.

Dengan datangnya Valentine's day dikhawatirkan bagi kaum muda-mudi yang tidak mengerti akan mampu terjerumus dalam hal-hal negatif dengan mentafsirkan kasih sayang di hari yang special ini. Firman Allah SWT: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Israa': 32), yakni perbuatan yang dilarang oleh agama baik secara terang-terangan maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu kita mesti sadar apa arti yang sesungguhnya sebuah kasih sayang.

Selain itu pula dijelaskan dalam perkara mencintai seseorang tidaklah boleh untuk berlebihan yang akan mengakibatkan penyesalan dan sia-sia belaka. Sebagai etika untuk seorang muslim, Rasulullah SAW bersabda: "Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu di suatu hari dia akan menjadi kecintaanmu." (HR. Turmidzi).
Wallohu a’lam bishshowab. [M]

Hakikat Cinta

Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat. "Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah tempat kembali yang baik." (QS. Ali-‘Imron: 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad). Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang paling
berbahaya dari cinta yang tidak terkendali.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan. Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal nafsu belaka. [MQ-AA Gym]

MENYOAL PENGARUH HALAL DAN HARAM


Ajaran mencakup seluruh aspek kehidupan, baik terkait dengan akhlak, ibadah, maupun syariah. Tidak terkecuali terkait dengan masalah makanan. Sehingga bagi kita(kaum muslimin), makanan disamping berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, juga berkaitan dengan kebutuhan ruhani, iman dan ibadah juga terkait dengan identitas diribahkan prilaku kita sehari-hari.
Islam sendiri secara tegas dan tegas telah menyatakan bahwa hendaknya segala bentuk asupan yang kita konsumsi adalah makanan yang halal dan thayib (baik). “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa-apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan…” (QS. Al-Baqarah: 168). Lantas, kenapa kita harus mengkonsumsi makanan yang halal dan thayib dan kenapa mempunyai pengaruh terhadap fisik dan rukhiyah kita. barangkali secara sederhana dapat kita pahami pada beberapa atau banyak kisah yang mungkin saja sering kita lihat pada layar TV. Bagaimana keluarga yang makan atau mengkonsumsi makanan yang berasal dari harta yang tidak halal. Dapat dilihat bagaimana kehidupan mereka tidak bahagia atau senang, tetapi justru malah penuh gelisah dan tidak tentram. Sehingga sekali lagi asupan yang kita konsumsi tidak akan berpengaruh terhadap fisik saja tetapi berpengaruh terhadap jiwa kita.

Tubuh manusia diumpamakan seperti mesin yang sangat rumit dan tidak ada tandingannya. Seperti halnya mesin yang mempunyai berbagai komponen, maka agar mesin itu selalu dapat berjalan dengan mulus perlu diperhatikan beberapa hal, seperti dipelihara dan dijaga kebersihanny, diberi waktu beristirahat dan digunakan dengan hati-hati sesuai dengan fungsinya. Demikian pula tubuh manusia, yang mempunyai mekanismeyang sangat rumit itu dan salah satu bentuk pemeliharaannya adalah dengan makanan. Tentu saja jika fungsi tersebut ada yang salah, misalnya tubuh terserang penyakit maka manusia harus mengkoreksi dirinya, tentunya ada yang salah dalam segi perawatan dan pemeliharaan.

Begitu banyak hasil penelitian para ahli yang menyatakan kesalahan dalam mengkonsumsi makanan dapat mengganggu beberapa kerja tubuh, sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat mengakibatkan penyakit, seperti penyakit kronis pada jantung, paru-paru, darah tinggi (hipertensi), depresi, kanker dsb. Hal tersebut dapat disebabkan karena manusia terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang tidak baik, alkohol, merokok dsb. Padahal semua yang berlebihan itu tidak disukai oleh Alloh SWT. “... makan, minumlah dan jangan berlebih-lebihan (melampaui batas yang dibutuhkan tubuh dan batas-batas yang dihalalkan ). Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-Araaf: 31)

Makanan yang halal adalah makanan yang diijinkan bagi seseoranguntuk memekannya. islam menghalalkan sesuaitu yang baik-baik. makanan yangharam adalah terlarang bagi seorang muslim memakannya. Banyak pendapat yang menterjemahkannya, tetapi secara umum dapat dikatakan halal apabila:

a. Tidak berbahaya atau mempengaruhifungsi tubuh dan mental yangnormal
b. Produk bukan berasal dari bangkai dan binatangyang mati karena tidak disembelih
c. Bebas dari bahan –bahan yang berasal dari babi dan beberapa binatang lain yang tidak dapat dimakan oleh seorang muslim kecuali dalam keadaan terpaksa
d. Diperoleh sesuai dengan yang sudah tentukan dalam islam

Sedangkan makanan itu diharamkan, secara umum apabila:
a. Berbahaya dan berpengaruh negative terhadap fisik dan mentalmanusia
b. Berasal dari bangkai, babi, dan binatang lain yang tidak dapat dimakan oleh seorang muslim.
Berdasarkan keharamannya ada tiga kelompok bahan pangan hewani segar yang haram yaitu bagian yang dapat dimakan (khususnya daging dan lemak) dari babi, bangkai, dan hewan yang tidak disembelih menurut syariat Islam (catatan: ikan, telur dan susu adalah bahan pangan hewani yang tidak termasuk kedalam bahan pangan haram). Ketiga kelompok ini, khususnya bangkai dan hewan yang tidak disembelih menurut syariat Islam apabila terdapat di pasaran akan sulit sekali bagi awam mengenalinya, apalagi jika bercampur dengan daging yang halal. Terlebih lagi apabila hewan yang disembelih secara tradisional, tetapi tidak memenuhi kaidah syariat Islam seperti tidak dibacakan basmallah, maka bisa dikatakan tidak mungkin dapat membedakannya dengan daging yang halal. Oleh karena itu, perlu pengaturan dan pengawasan yang seksama terhadap daging-daging dan lemak yang beredar di pasaran seperti nanti akan diuraikan pada tulisan seri ketiga (mengenai sertifikasi). Walaupun demikian, masih ada kemungkinan untuk mengenali beberapa daging hewan yang diharamkan walaupun sifatnya tidak dapat memastikan.
c. Berasal dari binatang yang diijinkan, tetapi tidak disembelih dengan aturan yang telah ditetapkan (secara Islam) dan tidak seperti yang disebutkan dalam Al-Quran (QS. Al Baqarah: 173).
Berkaitan dengan masalah penyembelihan maka ada berbagai cara penyembelihan. Secara umum dikenal dua jenis cara penyembelihan yaitu tradisonal dan moderen. Penyembelihan tradisional yaitu seperti yang kita kenal dimana hewan dipegangi lalu dipotong urat lehernya, sedangkan penyembelihan moderen pada tahap akhir sama dengan yang tradisional tetapi diawali dengan membuat pingsan lebih dulu hewan yang akan dipotong yaitu dengan cara pembiusan dengan bahan kimia, pemingsanan dengan aliran listrik, dan pemingsanan dengan penembakan. Cara pemingsanan yang terakhir ini perlu perhatian yang seksama karena jika tidak cepat penyembelihannya maka hewannya keburu mati sebelum disembelih. Cara-cara penyembelihan seperti dikemukakan di atas masih dibenarkan oleh syariat Islam (kecuali penyembelihan melalui penusukan jantung), asalkan pada waktu menyembelih dibacakan basmallah.
d. Alkohol (Khamr)
Ketika Nabi Muhammad SAW pertamakali menyampaikan larangan khamr, beliau tidak memandangnya dari segi bahan yang dipakai untuk membuatnya tetapi dari segi pengaruh yang ditimbulkan, yaitu "memabukkan". Dan memang suatu kenyataan pengaruh khamr itu tidak saja pada tubuh manusia, juga mampu mengubah jalan fikiran manusia. Apa yang dapat diharapkan dari orang yang tak mampu mengambil keputusan yang benar, tak mampu menjaga tubuhnya dari hal yang salah dan memalukan, tak mampu menjaga kualitas kemanusiaannya.

Hasil penelitian para pakar kesehatan, hampir semua menyatakan alkohol dapat mempengaruhi kerja tubuh dan otak, serta mampu mengubah tingkah laku seseorang ke arah negatif. Hingga jika sudah menjadi suatu ketagihan yang akut, sistim hormon manusia menjadi terhambat, fungsi hati pun menjadi terganggu. Selain itu juga mempengaruhi hormon kesuburan dan bayi yang dilahirkannya. Alkohol pun dapat menghambat sistim kerja syaraf pusat, sehingga hilang kesadarannya, bahkan dalam kasus yang lebih akut, mampu menjadikan seseorang dalam keadaan koma, akhirnya binasa, padahal Allah SWT sudah memperingatkan manusia dalam firman-Nya: "..., dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”. (QS Al Baqarah:195)

Ada satu segi yang oleh sementara orang ditanyakan, yaitu: tentang arak yang dipakai untuk berobat. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah menjawabnya: "Dilarang! Kata laki-laki itu kemudian "Innama nashnauha liddawa (= kami hanya pakai untuk berobat)".
Maka jawab Nabi SAW selanjutnya "Innahu laysa bidawaain wa laakinnahu daaun” (arak itu bukan obat, tetapi penyakit) (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi). Dan sabdanya pula: "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat dan menjadikan untuk kamu bahwa tiap penyakit itu ada obatnya, oleh karena itu berobatlah, tetapi jangan berobat dengan yang haram" (HR. Abu Dawud) Di samping itu Ibnu Qayim memperingatkan pula, jika ditinjau dari kejiwaan "bahwa syarat sembuh dari penyakit haruslah berobat yang diterima akal dan yakin akan manfaat obat itu serta adanya barokah kesembuhan yang dibuat Allah".

Jadi bagi seorang muslim makan dan makanan bukan sekedar penghilang lapar saja atau sekedar terasa enak dilidah, tapi lebih jauh dari itu mampu menjadikan tubuhnya sehat jasmani dan rohani sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai "khalifah fil Ardhi". Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu hadistnya: "Seorang hamba Allah tidak akan berpindah dua kakipun pada hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal: umurnya bagaimana dihabiskan, pengetahuan bagaimana diamalkan, hartanya bagaimana dinafkahkan serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan" (HR.Tirmidzi).

Maraji':
Halal dan Haram dalam Pandangan Islam. 1980. Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi.
The Holy Quran (terj.) Pub. House, Beirut, Lebanon.
Majalah Ishlah. Edisi 57/tahun IV 1996, halaman 34-35

Ketika Do'a Terhalang Makanan Haram

Tersebutlah seorang lelaki yang telah melakukan perjalanan jauh. Rambutnya kusut masai penuh debu. Ia berjalan tertatih-tatih dengan membawa sebuntal pakaian dan bekal di pundaknya.

Setelah sekian lama berjalan, ia berhenti. Matanya memandang ke langit. Ia teringat Tuhannya. Seketika itu pula tangannya menengadah. "Ya Rabb, aku minta pertolonganmu. Ya Rabb, aku minta rahmat dan kasihMu. Ya Rabb, aku minta keselamatan dari-Mu." pintanya berulang-ulang. Ia tampak khusyu berdo'a.

Diterimakah do'anya? Seorang lelaki mulia berujar, "Sesungguhnya Allah menolak do'a lelaki malang itu. Bagaimana do'anya akan terkabul, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya dikenyangkan dengan makanan haram!"

Lelaki yang berkomentar tersebut adalah Rasulullah SAW. Sedangkan kisah ini berasal dari Abu Hurairah yang diriwayatakan Imam Muslim dalam Shahihnya.

Ya, makanan haram multi efek sifatnya. Ada banyak kerugian yang akan diderita seseorang yang menyengajakan diri mengkonsumsinya. Salah satu siksaan yang Allah SWT timpakan adalah tidak diterimanya do'a-do'a mereka. Padahal, tanpa do'a seorang Muslim tidak ada apa-apanya. Bukankan do'a adalah senjata orang-orang beriman?

Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Sa'ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, do'akanlah aku agar menjadi orang yang dikabulkan do'a-do'anya oleh Allah." Jawaban Rasulullah SAW, "Wahai Sa'ad, perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan do'anya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari. Dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak baginya." (HR. At-Thabrani). [republika.co.id]

MEDIA MASSA DAN HEGEMONI BARAT



Kalau melihat sejarah perkembangan peradaban manusia, paling tidak kita akan menemukan tiga fase penting yang telah dan sedang berproses di dalamnya. Tiga fase tersebut adalah revolusi pertanian, revolusi industri serta revolusi komunikasi. Masing-masing fase memiliki peran di dalam meningkatkan derajat kemanusiaan khususnya di dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta dinamikanya. Sebagian besar teoretisi sosial berpendapat bahwa era revolusi sosial dan revolusi industri saat ini telah berakhir dan manusia sedang memasuki babak baru peradaban, yaitu era post-industrial yang ditandai dengan semakin meningkatnya arus informasi dan komunikasi, oleh karenanya fase ini dikenal juga dengan sebutan era revolusi komunikasi atau zaman informasi.

Zaman ini dimulai pada akhir abad ke-20, tepatnya antara tahun 1970-an dan tahun 1980-an. Pada kurun waktu tersebut manusia telah berhasil menemukan berbagai teknologi baru di bidang komunikasi dan informasi, terutama dengan ditemukannya kabel serat optik dan satelit komunikasi. Semenjak saat itu, terjadi perubahan yang sangat fundamental di dalam tatanan masyarakat dunia dengan memasuki era globalisasi baru, yang ditandai oleh dominasi tunggal Amerika Serikat di dalam tatanan global paska runtuhnya Uni Soviet setelah tidak kuasa menahan dahsyatnya hantaman zaman baru informasi.

Hancurnya Uni Soviet menandai kemenangan sebuah peradaban dalam hal ini adalah kemenangan kapitalisme liberalisme atas peradaban sosialis komunis. Sebagai peradaban yang keluar menjadi pemenang dalam sebuah pertarungan global, Amerika akan memiliki karakter konservatif (status quo), artinya dia akan mempertahankan dominasinya atas kekusasaan peradaban serta tidak akan membiarkan peradaban lain untuk merebut posisi tersebut. Oleh karena itu di dalam teori kekuasaan disebutkan, ada dua instrumen yang akan digunakan oleh pihak penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya, yaitu instrumen ideologi (halus) dan instrumen represif (paksaan/keras). Instrumen refresif bersifat militeristik, dengan menggunaan paksaan dan kekerasan secara fisik yang sudah menjadi ciri khas dari intrumen yang satu ini. penggunaan instrumen ini oleh Amerika bukan rahasia umum lagi, invasi Amerika ke Vietnam, Somalia, Irak, Afganistan dan campur tangan militernya di dalam perang Korea adalah bukti nyata represifitas Amerika di dalam mempertahankan dominasi peradabannya. Di sisi lain Amerika, juga menggunakan instrumen ideologi. Instrumen ini memiliki sifat halus dan sulit untuk dideteksi oleh kesadaran manusia karena wilayah kerjanya terdapat di dalam alam bawah sadar manusia, korban dari instrumen ini tidak akan merasakan kesakitan bahkan sebaliknya korbannya akan merasa senang dan menikmatinya.

Kekuatan instrumen ideologis semakin tak terbendung seiring dengan masuknya zaman informasi di dalam kancah peradaban manusia. Teknologi komunikasi dan informasi melipatgandakan kemampuan instrumen ideologi di dalam melakukan kontrol terhadap pola berfikir dan pola perilaku menusia untuk sesuai dengan tatanan global yang diciptakan oleh Barat. Maka muncul istilah imperialisme kultural atau penjajahan kebudayaan yang merupakan bentuk determinasi (pendiktean) Barat terhadap kultur masyarakat dunia.

Paling tidak terdapat dua jenis budaya di dalam masyarakat yaitu budaya populer dan budaya elit. Karena sifatnya yang memiliki basis masa mayoritas, budaya populer sering kali dijadikan alat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi oleh kaum pemodal. Begitupun dominasi Barat atas budaya populer ini tidak bisa kita lepaskan dari kepentingan ekonomi. Barat berusaha untuk menggabungkan budaya populer, kepentingan ekonomi serta teknologi media yang mutakhir, sehingga menghasilkan sebuah kekuatan pasar yang memiliki daya jangkau yang sangat luas dan mampu menembus batas ruang dan waktu, bahkan batas psikologis sekalipun. Senada dengan itu, seorang pakar pemasaran, Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa pasar yang saat ini berkembang adalah pasar emosi, artinya di dalam melakukan transasksi, konsumen tidak lagi menggunakan logika harga dan logika kebutuhan (murah atau mahal dan butuh atau tidak), tetapi lebih kepada penggunaan logika eksistensi diri (kemampuan sebuah barang dalam meningkatkan harkat dan martabat pemiliknya). Sehingga munculah sebuah ungkapan “I consume therefore I am (aku mengkonsumsi maka aku ada).

Konsumsi dalam konteks ini tidak lagi terkait dengan mengkonsumsi dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan semata, tetapi sudah melibatkan gaya hidup, simbol status dan prestise tertentu. Kondisi seperti ini akan melahirkan manusia-manusia konsumtif yang orientasi dan pandangan hidupnya adalah untuk mengkonsumsi. Konsumsi bagi manusia konsumtif adalah sebuah bentuk kesadaran yang menggerakan dan mengatur pola kehidupannya, yang menjadikan dia bagaikan manusia yang bergerak secara otomatis yang tidak tahu atau tidak mengerti dirinya sendiri. Satu-satunya yang dia tahu adalah barang yang akan dimilikinya, setiap obrolannya mengarah kepada barang yang ingin dimilikinya, lirikan matanya selalu ditujukan ke barang tersebut, bahkan keluh kesah, resah dan gelisahnya adalah untuk sebuah barang yang akan dimilikinya. Sungguh sangat ironis, dalam sebuah surat kabar diberitakan bahwa peminat terbesar sebuah hand phone (NOKIA comunicator 9500) yang harga per-unitnya mencapai tiga belas juta rupiah justru orang Indonesia yang sebagian masyarakatnya rela memakan roti buluk karena tidak lagi mampu membeli beras yang harganya melambung tinggi. Terbentuknya “kesadaran konsumtif” di dalam diri manusia tidak terlepas dari peran media masa.

Perlu kita ketahui bahwa kekuatan pasar yang dihasilkan oleh penggabungan antara budaya populer, kepentingan ekonomi dan teknologi media tidak menawarkan barang dan jasa semata. Kekuatan pasar juga menawarkan budaya dan gaya hidup alternatif yang bertentangan dengan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat itu sendiri. Sehingga identitas budaya sebuah bangsa, suku, etnis dan agama serta kebuadayaan lain semakin berubah digantikan dengan identitas campuran yang plural dan tidak jelas.

Kondisi seperti ini sangat berbahaya, karena akan mengancam jati diri sebuah bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim akan sangat membahayakan keber-Islaman mereka, sehingga tidak heran kalau saat ini banyak orang Islam yang justru menghambat perkembangan Islam di negeri ini. Indonesia adalah negara yang memiliki jumalah penduduk muslim terbesar di dunia tetapi berapa persenkah umat Islam Indonesia yang rela dan ridlo diatur oleh hukum Islam. Islam justru menjadi sesutu yang asing di tengah-tengah orang-orang yang mengaku Islam. Sehingga benarlah perkataan Umar bin Khattab “Hal pertama yang akan berlucutan dari umat ini adalah hukum dan yang terakhir adalah shalat”. Sekali lagi ini tidak bisa kita lepaskan dari pengaruh media masa.

Disamping budaya populer ada juga budaya elit. Barat berusaha untuk menggabungkan budaya elit dengan teknologi media, sehingga menghasilkan kekuatan konspirasi dan propaganda politik yang sangat berbahaya. Era komunikasi telah melahirkan sebuah tatanan global di semua wialayah kehidupan manusia, termasuk di wialayah politik dan konspirasi politik. Isu terorisme adalah contoh konspirasi di mana media berperan besar dalam mendefinisikan terorisme dan kemudian mendistribusikan definisi tersebut ke seluruh penjuru dunia yang menjadikannya sebagai isu berskala global.

Untuk mendukung keberhasilan sebuah konspirasi diperlukan adanya simulasi. J. Boudrilard (1981) mendefinisikan istilah simulasi sebagai penciptaan model-model kenyataan yang tanpa asal-usul dan realitas. Dengan kata lain, logika simulasi adalah logika pemelintiran makna untuk kepentingan politik atau golongan tertentu. Maka diciptakanlah event teror (bom Natal, bom Bali, bom Mariot, teror Poso dll.) serta diciptakan pula kausalitas teror (Jamaah Islamiyah, Komando Jihad, Gerakan Fundamentalis Islam, dll.), sehingga lahirlah sebuah realitas palsu yang tampak nyata, padahal realitas tersebut hanya sebuah rekayasa pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan tertentu pula. Simulasi dalam hal ini sangat bergantung pada politik citra dimana media sangat berperan dalam menciptakan realitas palsu di dalam masyarakat.

Anda mungkin pernah ingat sebuah adegan pemenggalan kepala Benjamin Vanderford, seorang sandera Amerika di Irak, oleh teroris Islam. Berita itu menjalar ke seluruh pelosok dunia, dikutip oleh koran dan televisi lokal. Maka dengan singkat terbentuklah citra Islam yang tidak manusiawi, Islam yang kejam, yang menjadikannya pantas mendapatkan sebuah julukan sebagai agama teror. Tetapi belakangan terbukti, ternyata film itu hanyalah rekayasa kamera belaka. Tidak ada pemenggalan dan tidak ada teroris Islam.

Oleh karena itu timbulah pertanyaan, benarkah kelompok Islam yang melakukan sejumlah aksi terorisme? Benarkah bom Natal itu dilakukan oleh Jamaah Islamiyah? Benarkah ada teroris Islam di Poso? Adakah Jamaah Islamiyah? Siapakah yang melakukan konspirasi, kelompok Islamkah atau siapa?

Untuk mengetahui siapa sebenarnya yang melakukan konspirasi dan siapa yang menjadi korban konspirasi, sederhananya kita harus mengetahui siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan dari konspirasi tersebut. Dalam setiap kasus terorisme yang belakangan ini santer diperbincangkan, sangat jelas siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugiakan. Umat Islam jelas tidak mengambil keuntungan sedikitpun dari sejumlah kasus peledakan bom (Natal, Legian, Mariot, Atrium Senen, dll.), bahkan sebaliknya. Lalu siapa yang diuntungkan dan siapa yang melakukan konspirasi itu? kiranya anda sudah sangat cerdas untuk menjawab pertanyaan ini!

Semua itu adalah rangkaian usaha dalam rangka mengamankan Universalisme Barat atas tatanan masyrakat dunia. Sehingga terbentuklah sebuah tata dunia baru di mana Barat berperan menjadi guru peradaban, bukan Islam atau siapapun.

Melihat begitu berpengaruhnya kekuatan media dalam membentuk sebuah opini publik dan dalam membentuk pola fikir manusia. Maka perlu ada sikap kritis dari umat Islam dalam menerima setiap informasi apapun dari media. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka perikasalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmy”.(QS. Al Hujurat 49: 6).
Wallahu a’lam bishshowab. [AA]

Kontrol Media Massa oleh Yahudi

“Kita akan menangani pers dengan cara sebagai berikut:
kita harus menungganginya dan mengendalikannya dengan ketat. Kita juga harus melakukan hal yang sama dengan barang cetakan, karena kita perlu melepaskan diri kita dari serangan-serangan pers, kalau kita tetap terbuka terhadap kecaman melalui pamflet dan buku-buku.
Tidak boleh satupun pernyataan sampai ke masyarakat di luar pengawasan kita. Kita telah mencapai hal itu pada saat ini sampai pada suatu tingkat dimana semua berita disalurkan melalui kantor-kantor berita yang kita kendalikan dari seluruh bagian dunia.
literatur dan jurnalisme merupakan dua kekuatan pendidikan yang sangat penting, dan karena itu pemerintah kita akan menjadi pemilik sebagian besar jurnal-jurnal yang ada. Kalau ada sepuluh jurnal swasta, maka kita harus memiliki tigapuluh jurnal milik kita sendiri, dan seterusnya. Hal ini tidak boleh sampai menimbulkan kecurigaan di dalam masyarakat, karena alasannya semua jurnal yang kita terbitkan akan diluar kecenderungan dan pendapat yang paling kontroversial, jadi kita membangun kepercayaan pada masyarakat dan menarik perhatian lawan-lawan kita yang tidak mencurigai kita, dan akan masuk perangkap kita dan membuat mereka tidak berbahaya.”